Selasa, 22 Mei 2018

*MY PROFIL*

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Lets Me Introduce My Self..


Saya : Diana Asyarotun Khasanah (2021216006) Saya Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan , IAIN Pekalongan

Senin, 21 Mei 2018

Senin, 14 Mei 2018

Buku Ajar Quran Hadis Kela XI MA





KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Panduan Belajar yang berjudul “Al-Qur’an Hadist Kelas XI Semester 1 dan 2” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan  terimakasih kami tujukan kepada Ibu Hj.Nur Khasaah, M.Ag selaku Dosen Pengampu  mata kuliah Telaah Materi PAI atas tugas yang telah diberikan semoga dapat menambah wawasan penulis tentang hal tersebut. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari anda sekalian mendapat balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Demikianlah kata pengantar dari kami. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan Buku Panduan Belajar ini terdapat banyak kekurangan. Saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah  ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan khususnya kepada mahasiswa IAIN  Pekalongan dan umumnya kepada pembaca.


Pekalongan, 11 Mei 2018 
     Penulis





DAFTAR ISI
Cover Depan
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I. HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI
DAN MEMATUHI KEDUA ORANG TUA DAN GURU 3
BAB II.HIDUP LEBIH DAMAI DENGAN MUJAHADATUN NAFSI.
HUZNUDZ DZAN, DAN UKHUWAH 20
BAB III. HIDUP JADI TENANG DENGAN MEGHINDARI
 PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN KEJI 31
BAB IV. INDAHNYA HIDUPKU DENGAN MENJAGA
TOLERANSI DAN ETIKA DALAM PERGAULAN 41
BAB V. HIDUP MENJADI LEBIH MUDAH DENGAN
ILMU PENGETAHUAN 53
SEMESTER II
BAB I. BETAPA BESARNYA TANGGUNG JAWABKU
TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT 62
BAB II  BETAPA SEMANGATNYA AKU BERKOMPETISI
DALAM KEBAIKAN 74
BAB III. BETAPA GIATNYA AKU BEKERJA 84
BAB IV. HIDUP LEBIH SEHAT DENGAN MAKANAN YANG HALAL
DAN BAIK 96
BAB V. BETAPA BESARNYA SYUKURKU KEPADAKU 104



HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI
DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU

SILABUS
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
1,1. Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan taat pada orang tua dan guru sebagaimana tuntunan AlQur’an dan hadis 1.1.1.Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai yang terkait dengan taat pada orang tua dan guru sebagaimana tuntunan AlQur’an dan hadis
2.1. Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi dari pemahaman Surah  al-Isra’ (17): 23–24; Surah  Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amru 2.1.1.Mengiplementasikan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
3.1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah  al-Isra’ (17) :23–24; Surah  Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amru 3.1.1. Menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah  al-Isra’ (17) :23–24; Surah  Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
3.1.2. Menjelaskan isi kandungan ayat-ayat dan hadist tersebut
3.1.3. Menafsirkan ayat-ayat dan hadist tersebut
4.1. Menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah  al-Isra’ (17): 23–24; Surah  Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amru
4.1.1. Melafalkan dengan fasih ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah  al-Isra’ (17) :23–24; Surah  Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
4.1.2.Melafalkan denga lancar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut
4.1.3.Melafalkan denga benar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut






Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai hormat dan patuh.
Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.



Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.
Hormat dan patuh kepada orang tua.
Kita hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
Senantiasa  berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata terhadap kedua orang tua
Mengikuti keinginan dan saran orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran agama
Membantu kedua orang tua sesuai kemampuan
Mendoakan orang tua semoga diberi umur panjang oleh Allah SWT
Menjaga dan merawat orang tua ketika orang tua sakit
Setelah orang tua meninggal dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
Hormat dan patuh kepada guru
Guru merupakan pengganti orang tua.
Guru juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua:
Memuliakan dan tidak menghina kepada guru
Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
Memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran
Bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
Menggunakan cara bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
Berpakaian rapi dan sopan ketika belajar
Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
Menghormati dan menghargai nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat musyrik
Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat terhadap anggota keluarga.
Mendoakan anggota keluarga semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
Membantu anggota keluarga yang kesulitan.
Memohonkan ampun kepada Allah swt atas kesalahan anggota keluarga
Menghormati hak dan kewajiban anggota keluarga yang lain.





Dalil Tentang Perilaku Hormat dan Patuh kepada Orangtua dan Guru

A. Qs. Al Isra’ : 23-24
1. Lafad ayat
وَقَضَي رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْا اِلَّا اِيَّاهُ وَبِالْوَلِدَيْنِ اِحْسَنًا اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ وَلَا تَنْهَرْ هُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا (٢٣) وَاحْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا (٢٤)
2.   Terjemahan Ayat
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik Aku waktu kecil. (QS Al isra’:23-24).
3.   Penjelasan Ayat
Surat Al isra’ ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budi pekerti, adab, sopan santun dan akhlak.  Maka sunnah. Sedangkan budi pekerti, moral dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Dari surat Al isra’ 23 bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagiNya. Yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua.
Pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya.
Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya.
Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan.

B. Qs. Luqman : 13-17
1. Lafal Ayat
وَاِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يبُيَّ لَاتُشْرِكْ بِاللهِ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (١٣)وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِولِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنِ وَفِصَلُهُ فِى عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْلِى وَلِولِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ (١٤) وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِى مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا وَتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَىَّ ثُمَ اِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُ نَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (١٥) يَابُنَيَّ اِنَّهَا اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِى صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمَاوَتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَاْءتِ بِهَا اللهُ اِنَّ اللهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ (١٦)يَابُنَيَّ اَقِمِ الصَّلَوةَ وَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَآ اَصَابَكَ اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ (١٧) {لقمان:١٣ - ١٧}


2.   Terjemahan Ayat
13. Dan (ingatlah ) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”.
14. Dan kami perintahkan kepada manusia(berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya; ibunya telah megandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): “Hai anakku,Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan orang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. (surat Luqman 13-17)
3.   Penjelasan Ayat
Pada ayat 13 di perintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Luqman itu dan serta mengingatkan kepada orang lain. Dari ayat ini pula dapat dipahami bahwa antara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah memberi nasihat dan didikan. Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua tidak boleh memandang cukup apabila telah menyediakan segala kebutuhan fisik, justru yang lebih penting adalah memperhatikan kebutuhan rohani berupa pendidikan agama maupun pendidikan keilmuan lainnya.
Ayat 14 menyatakan : dan kami wasiatkan yakni berpesan dengan amat kukuh kepada semua manusia  menyangkut kepada orang tua, pesan kami disebabkan karena ibunya telah mengandung dalam kadaan kelemahan diatas kelemahan. Lalu beliau melahirkan dengan susah payah, kemudian merawat dan menyusuinya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika saat manusia lain tertidur nyenyak.
Ayat 15 menerangkan bahwa jika orang tua memaksa untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah memtuhinya. Setiap perbuatan maksiat maka tidk boleh ditaati. Namun demikian, jangan memutuskan hubungan silaturahmi dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang tua.
Wasiat Luqman pada ayat 16 adalah berkaitan dengan masalh akhirat, dimana didalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan manusia yang digabarkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata indah dan menyentuh, yang membangkitkan semangat, suatau gambaran yang menunjukkan atas ilmu Allah yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari pengetahuanNya, walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, didalam batu keras. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan bumi.
Nasihat Luqman pada ayat 17 menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjahui yang mungkar, tetapi memerintahkan menyuruh dan mencegah. Disisi lain membiasakan anak-anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.
C. Hadist Riwayat Bukhari Muslim
1. Lafal Hadis
سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَا سْتَأْ ذَ نَهُ فِى الجِهَا دِ فَقَالَ اَحَىٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ (رواه البخا رى ومسلم)
2. Terjemah Hadis
Saya mendengar Abdullah bin Amru ra “ada seorang laki-laki telah datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk minta ijin berhijad, maka Nabi Muhammad SAW berkata kepada seorang laki-laki tersebut, apakah kedua orang tuamu masih hidup? Maka seorang laki-laki tersebut menjawab, ya. Nabi Muhammad SAW berkata “berjihadlah” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
3. Penjelasan Hadis
Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam islam. Hadits diatas menyatakan bahwa seseorang harus berbuat baik dan menghormati orang tua, karen amerupakan perbuatan yang terpuji. Pentingnya seseorang minta ijin dari kedua orang tuanya yang masih hidup pada setiap keinginan dan kegiatannya seperti melakukan jihad, sebab ridha terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.
Hormat dan patuh kepada orang tua harus kita laksanakan baik selama beliau masih hidup maupun setelah meninggal. Adapun adab kepada kedua orang tua yang masih hidup antara lain:
Berperilaku hormat
Bersikap kasih sayang
Bersikap dan berbicara dengan sopan santun
Mentaati setiap perintah kedua orang tua kita, selama tidakbertentangan dengan ajaran islam.
Membantu meringankan pekerjaan mereka
Mendoakan kebaikan bagi kedua orang tua setiap selesai shalat fardlu
Gembirakan mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Selanjutnya, walaupun orang tua kita sudah meninggal dunia maka kita juga masih harus tetap hormat kepada beliau. Adapun adab terhadap orang tua yang sudah meninggal, diantaranya:
Merawat jenazah (memandikan, mengkafani, menshalati, dan menguburkannya)
Selalu mendoakannya
Tidak memutuskan talu silaturahim dengan keluarga, kerabat dan sahabat-sahabar mereka
Pergi berziaroh kekuburnya
Meneladani sikap-sikap yang baik dari keduanya
Melanjutkan cita-cita atau perjuangan yang pernah dilakukan sewaktu hidup


Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidainadalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
Melunasi semua hutang-hutangnya
Melaksanakan wasiatnya
Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
Memuliakan sahabat-sahabatnya
Mendoakannya.
Akhlak Kepada Guru
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
وَ سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : “Bila kamu melihat ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :
فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’ : 7 )
Rosululloh saw bersabda :
أَلاَ سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )
Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْنَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )
Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ وَ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll ).
KISAH TELADAN HORMAT DAN PATUH KEPADA
KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
            “Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
            Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.
Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
1.                   Sepertiga untuk sembahyang
2.                   Sepertiga untuk tidur
3.                   Sepertiga untuk menjaga ibunya
Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:
1.                   Sepertiga untuk sedekah
2.                   Sepertiga untuk makan
3.                   Sepertiga untuk ibunya
Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”
Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”
Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,
“Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”
Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah denganku”
Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,
“Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpamemberitahu ibumu?”
Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”
Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”
Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan lembu tersebut.
Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.
Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan, Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”

Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.

HIKMAH PATUH DAN HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.

















Soal Evaluasi

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!

1. Arti kata وَقَضَى dalam QS. al-Isrā’ ayat 23 adalah ….
A. melaksanakan    D. memerintahkan
B. membayar            E. mencegah
C. melarang
2. Lanjutan ayat berikut adalah ...وَلاَ تَنهَر هُممَا وَقُل لَهُما قَولاً
A. كَرِيمًا D.  سَلِيماً
B. سَدِيدًا C. مَعرُوفاً 
E.  عَزِيزًا.
3. Orang yang menyembah selain Allah disebut ….
A. mu’min      D . munāik
B. muslim    E. kāir
C. musyrik
4. Birrul-wālidain dalam Islam hukumnya ….
A. sunnah      D . haram
B. wājib      E. jāiz
C. farḍu kifāyah
5. Berikut ini merupakan cerminan sikap seorang murid kepada  guru, kecuali ….
A. selalu taat kepada perintahnya
B. selalu menghormatinya 
C. selalu mendoakannnya
D. menaatinyasepanjang tidak maksiat 
E. memperhatikannya ketika mengaja
6. Kata رَغِمَ أَنفُ  terjemahannya adalah ….
A. dia beruntung    D . dia celaka
B. kamu celaka    E. dia sengsara
C. dia bahagia
7. Ani selalu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan. Hal ini mencerminkan sikap ….
A. berbakti kepada orang tua    D. durhaka kepada orang tua
B. menghormati orang tua    E. mencintai guru
C. menghormati guru
8. Berbakti kepada kedua orang tua sama nilainya dengan ….
A. jihad        D. beribadah haji
B. berbakti kepada guru    E.  durhaka kepada  guru
C. salat lima waktu
9. Implementasi hormat dan taat kepada orang tua ketika mereka sudah meninggal dapat dilakukan dengan ….
A. mengunjungi makamnya   D. membangun makamnya
B. menangisinya    E. mendoakannya
C. meratapi kepergiannya
10. Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhārı̄ dan Muslim menurut jumhūr memiliki kualitas ….
A. mutawatir D. shahih
B. hasan E. ahad
C. dhaif



















HIDUP LEBIH DAMAI DENGAN MUJAHADATUN NAFSI, HUSNUZZAH DAN UKHUWAH

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.2. Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan mujahadah al-nafs, husnuzan dan ukhuwah 1.2.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai yang terkait dengan mujahadah al-nafs, husnuzan dan ukhuwah
2.2.
Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadatun- nafs), prasangka baik (husnuz-zann), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat Surah Al- Anfal (8) : 72; Q.S. Al- Hujurat (49): 12,  Q.S. Al-Hujurat (49): 10; serta hadis riwayat Al- Bukhari dari Abu Hurairah 2.2.1.
Mengimplementasikan perilaku kontrol diri (mujahadatun- nafs), prasangka baik (husnuz-zann), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat Surah Al- Anfal (8) : 72; Q.S. Al- Hujurat (49): 12,  Q.S. Al-Hujurat (49): 10; serta hadis riwayat Al- Bukhari dari Abu Hurairah
3.2. Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadatun-nafs), prasangka baik (husnuz- zann), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat Surah Al-Anfal (8) : 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12,  Q.S. Al-Hujurat (49): 10)  serta hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah 3.2.1. Mampu menjelaskan pengertian peerilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
3.2.2. Mampu menjelaskan manfaat kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
4.2. Mempresentasikan isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tentang kontrol diri (mujahadatun-nafs), prasangka baik (husnuz- zann), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat Surah Al-Anfal (8) : 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12, Q.S. Q.S. Al-Hujurat (49): 10)  serta hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah 4.2.1. Mampu menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
4.2.2.Menunjukkan perilaku orang yang meninggalkn kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah)



1. Pengertian
Mujahadah an nafs sering disebut juga dengan kontrol diri, yaitu perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan ego atau nafsu pribadi. Kontrol diri seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa kearah konsekuensi positif, kontrol diri pun merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan.
Jika kita menilik secara hakiki, nafsu diri atau disebut sebagai hawa nafsu merupakan poros kejahatan. Karena, nafsu diri memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai kesenangan. Inilah kenapa Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat daripada jihad melawan musuh.

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ   وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (الأنفال : 72)
“ Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “ (Q.S Al-Anfal : 72)

2. Kandungan Surah Al Anfal Ayat 72
Kandungan Surah Al Anfal ayat 72 dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Allah memberikan derajat tertinggi dan mulia disisi Allah bagi orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW. Nabi yang rela berkorban dan meninggalkan nafsu duniawi dan memilih berjuang di jalan Allah.
b. Hendaknya umat islam turut berjuang di jalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan dan siap berkorban dengan harta dan jiwa.
c. Umat Islam hendaknya bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ALLAH SWT. Karena Allah selalu melihat dan mengetahui apa yang dilakukan hamba-Nya.



Manfaat dan Hikmah Mujahadah An Nafs (Kontrol Diri)
Mujahadah An Nafs sangat penting dalam kehidupan kita. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Kontrol diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi sosial). Hal ini dikarenakan kita senantiasa hdup dalam kelompok/masyarakat dan tidak bisa hidup sendirian, seluruh kebutuhan hidup kita pun terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu juga kebutuhan psikologis dan dan sosial kita. Oleh karena itu kita harus kerjasama dengan orang lain.
b. Kontrol diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri)
c. Kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka kita akan dapat menjadi pribadi yang efektif. Kemampuan mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan kenegaraan.

Ciri-ciri Mujahadah An Nafs (Kontrol Diri)
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kontrol diri antara lain :
a. Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan mengahadapi situasi yang tidak diinginkan.
b. Kemampuan menunda kepuasan dengan segera mengatur perilaku.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melaluipertimbangan secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positifnya.
e. Kemampuan mengontrol keputusan.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus tidak stabil.

Prinsip-prinsip dalam Muhajahad An Nafs
a. Prinsip Kemoralan
Agama islam mengajarkan moral yang baik bagi setiap umatnya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh dan lainnya.
b. Prinsip Kesadaran
Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu bentuk pikiran yang negatif muncul.
c. Prinsip Perenungan
Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri.
d. Prinsip Kesabaran
Perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki.
e. Prinsip Pengalihan Perhatian
Manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas yang positif.

Contoh Perilaku Mujahadah An Nafs dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh perilaku Mujahadah An Nafs adalah sebagai berikut :
a. Mampu mengendalikan hawa nafsu saat melihat hal-hal yang disenangi.
b. Menolong orang lain meskipun dalam keadaan sulit.
c. Menguasai diri kita.
d. Saat ada dorongan hati untuk berniat negatif, maka segera ingat Allah.
e. Bersabar saat menghadapi masalah dan berpikir untuk melakukan respon yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Hadis tentang Anjuran Mujahadah An Nafs
“Mulailah (berbuat baik) kepada dirimu sendiri, makan beri nafkahlah dirimu lebih dahulu. Bila masih ada yang akan engkau nafkahkan berikanlah kepada keluargamu. Bila masih ada lagi sesudah memberi keluargamu, berikanlah kepada karib kerabatmu. Dan bila masih ada lagi sesudah memberi karib kerabatmu, maka bertindaklah seperti itu, yakni utamakanlah yang lebih erat hubungannya dengan orang yang akan di beri nafkah itu, dan demikianlah seterusnya.” (H.R An Nasa’i dari Jabir)


A. Pengertian
Secara bahasa kata “husnudzan“ berasal dari bahasa arab yang terdiri dari 2 kata, yang pertama kata “husnu” dan yang keduanya “adz-dzan”. “husnu” mengandung arti “baik”, dan “adz-dzan” artinya “dugaan atau prasangka
Husnudzan adalah sikap atau keadaan jiwa yang berprasangka baik atau positif thinking

B.   Macam-macam Husnudzan
1.Husnudzan kepada Allah SWT (Q.S Al-Baqarah {2} : 216). Husnudzan ini dengan cara :
- Senantiasa ta’at dan patuh terhadap perintah Allah SWT
- Bersyukur apabila mendapatkan keni’matan.
- Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan.
- Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.
2.Husnudzan kepada diri sendiri, dengan cara :
- Percaya diri
- Gigih
- Berinisiatif
3.Husnudzan kepada orang lain atau sesama manusia, dengan cara :
- Senang berteman dengan orang lain
- Berpikir positif terhadap orang lain
- Hormat kepada orang lain
- Tidak ada perasaan curiga terhadap orang lain
Dalil Al-Qur'an tentang Husnudzan
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijikkepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaPenerima taubat lagi Maha Penyayang “  (Q.S Al-Hujurat [49] : 12)
Isi dan kandungan ayat
- Ayat ini me ngajarkan umat islam agar memiliki akhlak yang baik, yakni akhlak kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan kepada sesama umat (muslim maupun non muslim), dan akhlak kepada lingkungan
- Akhlak bertujuan untuk menyucikan hati atau jiwa
- Salah satu akhlak tercela yang harus dihindari adalah prasangka buruk (su’udzan)
- Menggunjing juga akhlak tercela yang harus dihindari
- Gibah dan Tajassus juga adalah akhlak yang dilarang.
Sabda Nabi Muhammad SAW
قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلاَ تَجَسَّسُوا» (رواه البخارى ومسلم)
“ Hatihati kalian dari dzan / prasangka, karena dzan / prasangka ituadalah ucapan paling dusta, dan janganlah kalian memata-matai sesamakalian “ (H.R Bukhari Muslim)

Hikmah Husnudzan
- Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba (dirinya).
- Selalu bersikap khouf (takut) dan raja’ (berhadap) kepada Allah
- Akan selalu optimis dan tidak berkeluh kesah serta tidak berputus asa.
- Akal fikiran akan selalu jernih dan terjauhkan dari akal fikiran kotor atau negatif.
- Terjauh atau terhindar dari permusuhan dengan orang lain dan lebih dapat mempererat tali silaturahmi atau pertemanan
- Tentunya dengan husnudzan ini, pelakunya akan disayangi oleh Allah SWT, Rasul-Nya dan orang lain
Manfaat dan Hikmah Husnuzhan
Tumbuh rasa cinta kepada Allah SWT
Tercipta ketenangan dan kedamaian dalam hati
Terjalin ukhuwah (persaudaraan)
Terhindar dari fitnah
Terhindar dari rasa iri dan dengki
Memperoleh pahala dari Allah SWT.
Contoh perilaku Husnuzzhan
Selalu memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara
Suka memberikan pembinaan yang baik kepada sesame
Gemar memberikan pertolongan kepada sesame
Selalu menjauhkan diri dari perilaku egois
Meyakini bahwa Allah benar benar Maha Esa
Umat muslim wajib bertaqwa kepada Allah
Beribadah dan berdoa kepada Allah
Bertawakal kepada Allah
Menerima dengan ikhlas semua keputusan dari Allah Swt



Ukhuwah bisa diartikan sebagai “persaudaraan”. 
Ukhuwah diartikan sebagai “ setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan “.
Secara majazi kata ukhuwah mencakup persamaan salah satu unsur seperi suku, agama, profesi dan perasaan.
Dalam kamus-kamus bahasa arab ditemukan bahwa kata “akh” yang membentuk kata ukhuwah digunakan juga dengan arti “teman akrab atau sahabat”.
1.Ukhuwah ‘Ubudiyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah SWT. Seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini bersaudara dalam arti memiliki kesamaan dalam beribadah kepada Allah SWT. (Q.S Al-An’am [6] : 3)

2.Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh ummat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. (Q.,S Al-Hujurat [49] : 12)

3.Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasb, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. (Q.S Al-A’raf [7] : 65)

4.Ukhuwah dalam agama islam, yaitu persaudaraan antara sesama muslim. (Q.S Al-Ahzab [33] 

Dalil Ukhuwah

بسم الله الرحمن الرحيم

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orangorang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itudamaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dantakutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-Hujurat [49] : 10)”



Ukhuwah untuk Menjaga Kerukunan dan Persatuan
Kata kerukunan berasal dari rukun, yang berarti damai, tidak bertengkar. Adapun maksud perlunya persatuan dan kerukunan adalah karena manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Manfaat dan Hikmah Ukhuwah
a.      Akan mendapatkan rasa manis dan lezatnya iman, sebagaimana sabda Rasulullah: “ Tiga perkara yang barangsiapa mendapatinya, dia akan merasakan manisnya iman, yaitu dia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi daripada kecintaan kepada selain keduanya, dia mencintai saudaranya dan dia tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, dia membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan ke dalam An Nar.”  (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Allah akan melindungi dari kengerian pada hari kiamat kelak
Mencintai karena Allah akan mendatangkan iman yang akan mengantarnya ke surge
Ukhuwah akan melahirkan akhlak yang sempurna
Ukhuwah akan memperkokoh kekuatan kaum muslimin.

Contoh Perilaku Ukhuwah dalam Kehidupan
Menegakkan sholat berjamaah di masjid
Menebarkan salam
Membantu meringankan beban yang sedang menghimpit saudaranya
Saling memaafkan
Menajuhi perbuatan maksiat
Saling mendoakan dengan kebaikan








Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!
1.  Bersungguh-sungguh berjuang melawan hawa nafsu disebut juga ….
A. mujāhadatun    D. ḥusnuẓ-ẓann
B . mujāhadatun-nafs    E. ukhuwah
C .  jihad
2.  Mujāhadatun-nafs memiliki banyak manfaat dan hikmah. Di bawah ini yang bukan manfaat dan hikmah mujāhadatun-nafs adalah ....
A. Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
B. Mendapatkan ridha dari Allah subḥānahū wa taʻālā 
C. Dicintai Allah subḥānahū wa taʻālā  dan sesama manusia
D. Hidup menjadi terasa dikekang
E. Hati semakin bersih dan tenang
3. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad ṣallāllāhu ‘alaihi wasallam ke Madinah bersama para sahabatnya, mengakibatkan manusia pada saat itu terkelompok menjadi tiga golongan yaitu ….
A. Muhajirı̄n, Anṣār, dan tidak keduanya 
B. Muhajirı̄n, Anṣār, kāir
C. Muhajirı̄n, Anṣār, Munāik
D. Muhajirı̄n, Anṣār, Musyrik
E. Muhajirı̄n, Anṣār, Yahudi
4. Nafsu yang mendorong manusia untuk berbuat keburukan adalah ….
A. An-Nafsul-Muṭmainnah
B. An-Nafsul-Lawwāmah
C. An-Nafsul-Ammārah
D. Nafsu jahat
E. Nafsu angkara murka

5. Kata yang bergaris bawah dalam ayat berikut secara berurutan memiliki terjemahan ….
ولا تجسسوا ولا يغتب بعضكم بعضا
A. Mencari – menggunjing – sebagian kamu
B. Mencari kesalahan – sebagian kamu – menggunjing
C. Kesalahan – menggunjing – sebagian yang lain
D. Jangan diberikan – menggunjing – sebagian darimu
E. Mencari-cari kesalahan orang lain – menggunjing – di antaramu
6. Berbaik sangka disebut dengan istilah ….
A. Suuẓ-ẓann
B. Su`ul- khātimah
C. Su`ul- adab
D. Ḥusnul-khātimah
E. Ḥusnuẓ-ẓann
7. Kata yang bergaris bawah dalam ayat berikut secara berurutan memiliki terjemahan ….
اِنَّماَ المُؤمِنُونَ اِخوَةٌ فاَصلِحُو بَينَ اَخوَيكُم
A. Orang-orang mukmin – saudara – kedua temanmua
B. Orang mukmin – bersaudara – damaikanlah
C. Orang mukmin – saudara perempuan – damailah
D. Orang mukmin – damaikanlah – saudara
E. Orang mukmin – bersatu – damaikanlah
8. Perhatikan hadis berikut!
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشدّ بعضه بعضا
Hadis di atas menggambarkan kaum muslimin satu dengan lainnya adalah bagaikan ….
A. Satu badan yang jika salah satu anggotanya sakit maka lainnya ikut merasakan
B. Buih di lautan yang mudah terhempas oleh tiupan angin
C. Satu bangunan yang saling menguatkan
D. Air mengalir di sungai yang jernih
E. Gedung tua yang hampir rusak
9. Ukhuwah antara sesama mukmin adalah persaudaraan yang dilandasi oleh ….
A. Persamaan akidah dan keimanan kepada Allah subḥānahū wa taʻālā
B. Persamaan nasib dan perjuangan
C. Persamaan garis keturunan
D. Berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong
E. Persamaan bangsa
10. Ḥusnuẓ-ẓann kepada Allah dapat dilakukan dengan dua sikap yaitu ….
A. Syukur dan sabar
B. Syukur dan tawaḍu’
C. Syukur dan ikhlas
D. Syukur dan takwa
E. Biasa biasa saja















HIDUP JADI LEBIH TENANG DENGAN MENGHIDARI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN KEJI

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.3. Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah tentang  larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji 1.3.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah tentang  larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji
2.3. Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan keji sebagai implementasi dari pemahaman Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah 2.3.1. Mengimplementsikan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan keji sebagai implementasi dari pemahaman Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah
3.3. Menganalisis  larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji yang terdapat pada Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah
3.3.1. Menghafalkan Q.S. Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-  Bukhari dari Abu Hurairah tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji.
3.3.2.Menterjemahkan arti perkata ayat-ayat dan hadist tersebut
3.3.3.  Menjelaskan kandungan ayat dan hadist tersebut
4.3.Mendemonstrasikan arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji yang terdapat pada Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah 4.3.1. Menghafal arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji yang terdapat pada Surah al-Isra’ (17): 32, dan Surah an-Nur (24):  2, dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah



Pergaulan Bebas adalah salah bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan perasaan malu.atau pergaulan bebas dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma kesusilaan. Pengertian Pergaulan Bebas diambil karna arti dari Pergaulandan bebas. Pengertian pergaulan adalah merupakan proses interaksi antara individu atau individu dengan kelompok. Sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma agama dan norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang individu baik pergaulan positif atau negatif.
Pergaulan positif berupa kerja sama antara individu atau kelompok yang bermanfaat. Sedangkan pergaulan negatif mengarah pada pergaulan bebas yang harus dihindari oleh setiap masyarakat khususnya bagi remaja yang masih labil atau masih mencari jati dirinya dan di usia remaja lebih mudah terpengaruh serta belum dapat mengetahui baik atau tidaknya perbuatan tersebut.
Pergaulan Bebas Menurut Agama - Pengertian pergaulan bebas menurut agama adalah proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan. Pergaulan bebas tertuang dalam Surat An-Nur ayat 30-31 bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul.

QS. Al Isra ayat 32
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)


a. Terjemah Kosa Kata/Kalimat(mufradat)
Lafal Arti
وَلَا Dan janganlah
تَقْرَبُوا Kamu Mendekati
الزِّنَا إِنَّهُ Zina
إِنَّه Karena Sesungguhnya Zina itu
كَانَ فَاحِشَةً Adalah Perbuata Keji
وَسَاءَ Dan Seburuk-Buruknya
سَبِيلًا Jalan






b. Penjelasan Makna Ayat
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا
Dan janganlah kalian mendekati zina.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut.Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah dosa yang sangat besar.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di berkata, “Allah subhanahu wata’ala menyifati perbuatan ini dan mencelanya karena ia (كَانَ فَاحِشَةً) adalah perbuatan keji.
Maksudnya adalah dosa yang sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci.Hal ini dikarenakan (perbuatan zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap hak Allah dan melampaui batas terhadap kehormatan wanita, keluarganya dan suaminya.Dan juga pada perbuatan zina mengandung kerusakan moral, tidak jelasnya nasab (keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan (perbuatan zina itu adalah) suatu jalan yang buruk.
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Dan zina merupakan sejelek-jelek jalan, karena ia adalah jalannya orang-orang yang suka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, dan melanggar perintah-Nya.Maka jadilah ia sejelek-jelek jalan yang menyeret pelakunya kedalam neraka Jahannam.” (Tafsir Ath-Thabari, 17/438)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan lafazh ayat (yang artinya) “suatu jalan yang buruk” dengan perkataannya, “Yaitu jalannya orang-orang yang berani menempuh dosa besar ini.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 457.
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala mengabarkan tentang akibat perbuatan tersebut.Bahwasannya perbuatan tersebut adalah sejelek-jelek jalan.Karena yang demikian itu dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan, dan kerendahan di dunia serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat. (Lihat Al-Jawab Al- Kafi, hal. 206)

Hal-Hal Yang Mengantarkan Kepada Perbuatan Zina
1. Memandang wanita yang tidak halal bagina
2. Menyentuh wanita yang bukan mahramnya
3. Berkhalwat (berduaan) di tempat sepi
4. Berpacaran

QS. An Nur ayat 2
الزَّانِيَةُ وَ الزَّاني‏ فَاجْلِدُوا كُلَّ واحِدٍ مِنْهُما مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِما رَأْفَةٌ في‏ دين
اللهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ لْيَشْهَدْ عَذابَهُما طائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنينَ
“Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah kamu dera tiap-tiap satu dari ke¬duanya itu dengan seratus kali deraan.Dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan hari akhirat.Dan hendaklah hukuman keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”
Terjemah Kosa Kata/Kalimat(mufradat)
Arti Lafal Arti Lafal
Dalam فِى Perempuan yang berzina ٱلزَّانِيَةُ
Agama دِينِ dan laki-laki yang berzina وَٱلزَّانِى
orang-orang yang beriman



ٱلْمُؤْمِنِينَ

maka deralah
فَٱجْلِدُوا۟



Jika إِن Tiap-tiap كُلَّ
kamu adalah كُنتُمْ satu/seorang وَٰحِدٍ
kamu beriman تُؤْمِنُونَ Dari keduanya مِّنْهُمَا
Kepada Allah بِٱللَّهِ Seratus مِا۟ئَةَ
Dan hari وَٱلْيَوْمِ Deraan جَلْدَةٍ
Akhirat ٱلْءَاخِرِ Dan janganlah وَلَا
dan hendaklah menyaksikan وَلْيَشْهَدْ mengambil/menjadikan kamu تَأْخُذْكُم
siksaan/hukuman keduanya عَذَابَهُمَا Kepada keduannya بِهِمَا
golongan طَآئِفَةٌ Belas kasihan رَأْفَةٌ

Isi kandungan QS An-Nur (24) ayat 2 adalah :
1. Perintah Allah SWT untuk mendera pezina perempuan dan pezina laki-laki masing-masing          seratus kali.
2. Orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan hukum     Allah SWT.
3. Pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.

Perilaku Orang Yang menghindari Pergaulan Bebas dan Perbuatan Keji
1. Memandang aurat wanita termasuk wajahnya
Memandang adalah pintu utama ke hati. Jika yang memandang adalah sesuatu yang buruk maka hatipun akanmenjadi buruk.Allah mewajibkan mu`minin dan mu`inat untuk menundukkan pandangannya terhadap lawan jenis karena itu merupakan sarana yang mengantarkan kepada zina.
2. Pendengaran
Telingan juga dijadikan jaan untuk mendekatkan zina.
3. Ikhtilat (perbauran atau pergaulan bebas laki-laki dan wanita)
Penyebab Pergaulan Bebas
1.      Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
2. Faktor Agama dan Iman
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3.      Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
Dampak Pergaulan Bebas
1.Terserang Penyakit HIV / AIDS
Itu dikarenakan melakukan hubungan gonta ganti pasangan yang tidak menggunakan alat pengaman (kondom), sebagai akibat rasa ingin tahu atau mungkin masalah ekonomi.
2.Hamil di Luar Nikah
Dikarenakan kurang pengetahuan masalah seksologi para remaja melakukan tanpa memikirkan resiko yang terjadi hanya untuk mencari tahu bagaimana rasanya berhubungan badan yang di akibatkan menonton film biru.
3.Ketergantungan Obat
Indonesia sekarang semakin buruk, karena banyak kasus obat obatan terlarang yang menjadikan berita di televisi. Bila kita sudah terkontaminasi dengan obat, bila tidak membeli akan sakit dan itu menguras uang akibatnya bila tidak punya uang, kita akan mencuri atau melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkan obat tersebut. Dan akibat paling buruk adalah overdosis, atau kelebihan kita menggunakan obat sehingga membuat kita meninggal.

4.Aborsi
Diakibatkan sering melakukan hubungan badan akan berakibat kita hamil di luar nikah. Bila itu terjadi pasti akan membuat remaja bingung, karena belum waktunya untuk menikah dan jeleknya kejadian itu tidak diketahui oleh orang tua, sehingga jalan terbaik adalah melakukan aborsi untuk menutupi mata pada orang tua dan masyarakat. Dan resiko yang paling parah bila aborsi dilakukan tidak sesuai dengan prosedur berakibat kematian
5.Tawuran Remaja
Mungkin kita tiap hari melihat di televisi tentang berita tawuran antar pelajar yang meresahkan masyarakat. Sampai diadakan sweeping oleh pihak kepolisian kepada pelajar. Semua itu akibat pergaulan bebas yang membuat emosi tinggi dan berakibat pada tawuran.























Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang paling benar!

1. Perhatikan potongan ayat berikut!
ولا تقربوا الزنا انه كان فاخشة وساء سبيلا
Terjemahan  kata yang bergari bawah pada ayat di atas adalah ….
A. jangan mendekat – perbuatan keji – buruk
B. mendekat – sungguh – jalan
C. dan jangan mendekat – perbuatan keji – suatu jalan
D. dekatilah – jelek – buruk
E. zina – buruk – cara
2. Allah mengharamkan hamba-Nya berbuat zina, begitu pula mendekati dan melakukan hal-hal yang mendorong terjadinya zina adalah tafsiran “wa lā taqrabū zinā”  menurut ….
A. Al-Qurṭubū
B. Asy-Syaukanı̄
C. Al-Jalālain
D. Ibnu Kaṡı̄r
E. Ibnu Taimiyyah
3. Berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan maḥram di tempat yang tersembunyi disebut ….
A. Khalwat
B. Ikhtilāṭ
C. Zina
D. Maksiat
E. Keji
4. Berikut ini termasuk dalam ranah perbuatan kategori dosa besar, kecuali ….
A. Syirik
B. Membunuh
C. Zina
D. Bohong 
E. Minum khamr
5. Kitab Fathul-Qadīr adalah kitab buah pena ….
A. Ibnu Taimiyah
B. As-Syāi‘ı̄
C. Al-Qurṭubı̄
D. Ibnu Kaṡı̄r
E. Asy-Syaukani
6. Perhatikan ayat berikut
الزانية والزانى فاجلدوا  كل واحد منهما مائة جلدة
Arti kata yang bergaris bawah adalah ….
A. pezina perempuan – deralah – seratus deraan
B. pezina laki-laki – deralah – seratus kali
C. pezina perempuan – deralah – masing-masing mereka
D. pezina – deralah – berkali-kali
E. pezina – cambuklah – berkali-kali
7. Seorang pezina yang masih lajang atau belum menikah disebut ….
A. ghairu muhshan
B. muhshan
C. baligh
D. dewasa
E. bujangan
8. Hukuman bagi pezina muḥṣan adalah ….
A. didera seratus kali
B. dirajam
C. diasingkan
D. dicambuk seratus kali
E. dihukum seumur hidup
9. Perhatikan hadis berikut
لا يزنى الزانى حين يزنى فهو مؤمن و لا يشرب الخمر حين يشرب
Potongan hadis tersebut mengandung dua perkara yang dilarang agama yaitu ….
A. zina dan mencuri
B. zina dan judi
C. zina dan minuman keras
D. zina dan merampas hak orang lain
E. zina dan membunuh
10. Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmı̄żı̄ disebutkan bahwa Rasul pernah ditanya sahabat tentang hal yang paling banyak menjerumuskan manusia ke neraka beliau menjawab dua hal tersebut adalah ….
A. kaki dan tangan
B. mata dan mulut
C. mata dan tangan
D. mulut dan kemaluan
E. telinga dan mata
























INDAHNYA HIDUPKU DENGAN MENJAGA ETIKA DA TOLERANSI DALAM PERGAULAN

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.4. Menghayati nilai-nilai toleransi intern umat beragama dan antar umat beragama 1.4.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai toleransi intern umat beragama dan antar umat beragama
2.4. Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika pergaulan 2.4.1.Mengimplementasikan sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika pergaulan
3.4. Memahami ayat-ayat dan hadis tentang toleransi dan etika pergaulan pada Surah Al- Kafiruun: 1–6; Surah Yunus: 40–41; Surah  Al- Kahfi: 29; Surah  Al- Hujurat: 10–13 dan hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas 3.4.1. Menyebutkan ayat dan hadits tentang toleransi
3.4.2.Mengartikan ayat dan hadits tentang toleransi
3.4.3.Menjelaskan isi kandungan ayat dan hadits tentang toleransi
4.4.Mempresentasikan isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis tentang toleransi dan etika pergaulan pada Surah Al-Kafiruun: 1–6; Surah Yunus: 40–41; Surah Al-Kahfi: 29; Surah Al-Hujurat: 10–13 dan hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas 4.4.1. Menerapkan isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis tentang toleransi dan etika pergaulan pada Surah Al-Kafiruun: 1–6; Surah Yunus: 40–41; Surah Al-Kahfi: 29; Surah Al-Hujurat: 10–13 dan hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas

Pengertian Toleransi dan Etika
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2].Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own.
Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah سماحة atau تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia.
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk

Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.

A.    QS: al kafirun1-6
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni.
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah.
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam.

Q:S Yunus:40-41
“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

Q:S al-Kahfi ayat 29
“dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-ayat Allah,maka biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah menyedikan neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar.
Kata سرادق terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini dengan Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api, sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu.

Q:S al-Hujurat 10-13
“10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dalam ayat 10 Allah menggunakan kata اخوة bukan kata اخوان . Dari segi kandungan makna ternyata terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun sama-sama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal اخ. Kata اخوة  menunjukan arti saudara sekandung[12]. Sedangkan اخوان berarti teman sejawat. Disini al-Qur’an menganggap persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu nasab, dan islamlah sebagai orang tuanya.
Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan, social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya sesame orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh sebagaimana diajarkan agamanya yaitu islam.
Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah.
Olok-olok disini dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan dikalangan orang mukmin.
Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau “hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat kesalahan harus segera taubat.
Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam ayat 12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini juga Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing, menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya.
Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi, saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT

Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama

عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ اْلمُسْلِم عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ الجَنَازَةِ وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ.

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).
(Ibnu majah)
مفردة معنى مفردة معنى
رَدُ التَحِيَةِ Menjawab salam وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ Dan memenuhi undangan
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ Dan melayat jenazah وَعِيَادَةِ المَرِيضِ Dan menengok orang sakit
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ Dan mendoakan orang yang bersin حَمِدَ Membaca hamdalah

Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1. Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah
2. Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3. Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4. Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis/bersin
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.

Hadis Kedua
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .

“Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
معنى مفردة معنى مفردة
Saling mencintai تَوَادِهِمْ Perumpamaan مَثَلُ
Tubuh اْلجَسَدِ Saling berlaku lemah lembut وَتَعَاطُفِهِمْ
Anggota عُضْوٌ Mengadu اسْتَكَى
Semua سَائِرِ Mereka هِمْ
Gelisah السَهَر Sakit panas وَاْلحُمَى
Saling menyayangi تَرَاحِمِهِمْ Merasakan تَدَاعَى
Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan dalam Kehidupan Sehari-Hari
QS:al kafirun1-6
1. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
Q:S Yunus:40-41
1. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
Q:S al-Kahfi ayat 29
1. Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak boleh diubah atau di abaikan.
2. Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.
3. Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat Allah akan merugi dan celaka.
Q:S al-Hujurat 10-13
1. Sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat kebiasaan, tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
2. Sesama orang mukmin tidak boleh mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.
3. Sesama orang mukmin tidak boleh memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
4. Orang mukmin dilarang berburuk sangka.
5. Orang mukmin harus mengikuti perintah untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.
Hadis Pertama
1. Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan menyenangkan.
2. Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
3. Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
Hadis kedua
1. Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
2. Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin.
















Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. QS, al-Kāirūn   ayat 1-6 melarang dengan tegas bertoleransi antar umat beragama dalam hal ….
A. Musyarawah
B. Akidah dan ibadah
C. Kebudayaan
D. Muamalah
E. Sosial
2. Terjemahan ayat di bawah ini yang paling tepat adalah ….
ولا انتم عابدون ما اعبد
A. dan aku akan menjadi menyembah apa yang kamu sembah
B. dan kamu penyembah Tuhan yang aku sembah
C. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
D. dan kamu tidak pula menjadi penyembah apa yang aku sembah
E. apa yang kamu sembah tidak pernah aku jadikan sesembahan
3. Kelanjutan ayat di bawah ini adalah .....
ومنهم من يؤمن به ومنهم من لا يؤمن به وربك اعلم
A. بالمفسدين
B. بالمتقين
C. بالصالحين
D. بالمجرمين
E. بالخاسرين
4. Lafal yang bergaris bawah pada ayat di bawah ini berarti jika mereka ….
وان كذبك فقل لي عملي ولكم عملكم انتم بريؤن مما اعمل وانا بريء مما تعملون
A. menghina kamu 
B. menghalangi kamu
C. memaksa kamu
D. mendustakan kamu
E. mencela kamu
5. Lafal yang bergaris bawah pada ayat di bawah ini berarti jika mereka …..
وان كذبك فقل لي عملي ولكم عملكم انتم بريؤن مما اعمل وانا بريء مما تعملون
A. tidak bertanggung jawab (lepas)
B. bisa menjawab
C. penyelamat
D. penolong
E. pengaruh
6. Hubungan sesama orang mukmin saru dengan mukmin lain yang digambarkan dalam hadis seperti satu bangunan karena ….
A. masing-masing saling memberi
B. masing-masing saling mendorong
C. masing-masing saling memperkukuh
D. masing-masing saling mengawasi
E. masing-masing saling mengisi
7. Di antara kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya sebagimana yang dijelaskan dalam hadis yang terdapat pada materi pokok di atas adalah…..
A. memberikan pinjaman
B. menghadiri pesta ulang tahun
C. memberi nasihat
D. membalas salam
E. memberi salam
8. Orang yang paling terhormat di sisi Allah subḥānahū wa taʻālā  sebagaimana yang termaktub pada al-Qur’an  (QS, al-Ḥujurāt   ayat 13 ) adalah …..
A. paling kaya hartanya
B. paling berkuasa
C. paling bertakwa
D. paling berilmu
E. paling bermakna
9. Kata ولا تجسسوا artinya ….
A.  jangan mencela
B.  jangan memanggil
C. jangan mencari-cari kesalahan
D. jangan menceritakan aib
E. jangan memperolok-olok
10.  Kata  اخوةadalah jamak dari
A. اخت
B. اخاء
C. اخوات
D. اخوان
E. اخ















HIDUP MENJADI LEBIH MUDAH DENGAN ILMU PENGETAHUAN

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.5. Menghayati nilai-nilai keilmuan 1.5.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai keilmuan
2.5.Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman Surah At- Taubah (9): 122, Surah Al-Mujadalah: 11  dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Amr
2.5.1.Mengimplementasikan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman Surah At- Taubah (9): 122, Surah Al-Mujadalah: 11  dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Amr
3.5. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama pada Surah At-Taubah (9): 122, Surah  Al-Mujadalah: 11    dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah bin Amr
3.5.1. Mengingat ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama
3.5.2. Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama
3.5.3. Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama
4.5. Menghafalkan arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya pada sesama Surah At-Taubah (9): 122, Surah  Al-Mujadalah: 11    dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah bin Amr
4.5.1. Mengingat arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya pada sesama
4.5.2. Mengulang  arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya pada sesama
4.5.3.Mengenali arti per kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya pada sesame

Tahukah kamu, siapakah yang punya ilmu itu?
Allah Swt. yang memiliki ilmu. Allah disebut al-‘Alim artinya Maha Mengetahui (Maha Berilmu). Ilmu Allah Swt. sangat luas tanpa batas. Ada yang diberikan kepada kita sudah tertulis dan ada yang tidak tertulis. Yang tertulis adalahkitabullah dan yang tidak tertulis adalah alam semesta serta isinya yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyyah.Selain belajar tentang alam semesta, kita juga wajib mempelajari ilmu Allah Swt. yang tertulis, yaitu al-Qur’an.
Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil, mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Mari membaca al-Qur’an dengan tartil ayat-ayat berikut ini:
1. Membaca Q.S. ar-Rahman/55: 33

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣)

2. Membaca Q.S. al-Mujadalah/58: 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١١)
Mengartikan Q.S. Ar-Rahman/55: 33
Arti mufradat (kosakata/kalimat)

يَا مَعْشَرَ                           = wahai golongan
الْجِنِّ وَالإنْسِ                   = jin dan manusia
إِنِ اسْتَطَعْتُمْ                     = jika kalian sanggup
أَنْ تَنْفُذُوا                          = untuk menembus
مِنْ أَقْطَارِ                         = dari sebagian penjuru
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ        = langit dan bumi
فَانْفُذُوا                               = maka tembuslah
لَا تَنْفُذُونَ                         = kalian tidak akan menembusnya
  إِلا بِسُلْطَانٍ                    = kecuali dengan kekuasaan Allah Swt.

Terjemahan ayat:
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”. (Q.S. ar-Rahm±n/55: 33)

Mengartikan Q.S. Al-Muj±dalah/58: 11
Arti mufradat (kosa kata/kalimat)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ                      = wahai orangorang yang
آمَنُوا                                  = mereka beriman
إِذَا قِيلَ لَكُمْ                      = apabila dikatakan kepada kalian
تَفَسَّحُوا                            = berlapang-lapanglah kalian
فِي الْمَجَالِسِ                    = di dalam majlis
فَافْسَحُوا                           = maka berlapang-lapanglah
يَفْسَحِ اللَّهُ              = niscaya Allah akan memberi kelapangan
لَكُمْ                                     = untukmu
وَإِذَا قِيلَ                = apabila dikatakan
انْشُزُوا                               = berdirilah kalian
فَانْشُزُوا                             = maka berdirilah
يَرْفَعِ اللَّهُ                            = Allah Swt. Mengangkat
الَّذِينَ آمَنُوا             = orang-orang yang beriman
مِنْكُمْ                                   = di antara kalian
وَالَّذِينَ                               = dan orang-orang
أُوتُوا الْعِلْمَ              = diberi ilmu
دَرَجَاتٍ                             = beberapa derajat
وَاللَّهُ                                   = Dan Allah
بِمَا تَعْمَلُونَ             = dengan apa yang kamu kerjakan
خَبِيرٌ                                  = Allah Swt. Mahateliti

Terjemahan ayat:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Muj±dalah/58: 11)
Mari Memahami al-Qur’an
Kandungan Q.S. ar-Rahman/55: 33 serta Hadis Terkait
Isi kandungan Q.S. ar-Rahman/55:33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
عَنْ اَنَسِ ابْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ ( رواه ابن ماجه )

“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)

Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘³ dalam kitabnya juga menegaskan:
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”

Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:

اَخِيْ لَنْ تَنَالَ الْعِلْمً اِلَّا بِسِتَّةٍ سَاُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَبُلْغَةٌ وَصُحْبَةٌ اُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
“Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”

Ungkapan Imam Syشfi‘ه di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.
Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 serta Hadis Terkait
Menjelaskan keutamaan orang- Orang beriman dan berilmu pengetahuan. Kalau Q.S. ar-Rahman/55:33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya? Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu.
Ayat ini juga menjelaskan tentang belapang-lapanglah kalian ketika berada di dalam majlis (tempat mencari ilmu). Yakni apabila kita berada di tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, majlis taklim dan lain sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-sama mendapatkan tempat duduk yang layak.
Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan
Sebelum kalian menerapkan perilaku senang menuntut ilmu sebagai implementasiQ.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun yang lainya. Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1. Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan.
2. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya.
3. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan.
4. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalanQ.S. al-Mujadalah/58:11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt.
Setelah kamu dapat membaca dan memahmi isi kandungan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 dengan lancar, kamu harus bisa menunjukkan hafalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 dengan baik dan benar.

Bacalah kisah menarik berikut !

“Ibnu Hajar (Si Anak Batu)”

Ada seorang ulama bernama Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Pada mulanya, ia adalah seorang santri yang bodoh. Meskipun sudah lama belajar, dia belum juga paham. Akhirnya, Ibnu Hajar memutuskan untuk pulang. Dia pun mohon diri kepada kyainya
supaya diperbolehkan pulang. Dengan berat hati sang kyai membolehkan Ibnu Hajar pulang, tetapi sambil berpesan agar Ibnu Hajar tidak berhenti belajar.
Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat. Dia terpaksa berteduh dalam sebuah gua. Pada saat di gua, dia mendengar suara gemericik air, lalu dia mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata, itu suara gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air. Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung. Dia berpikir, batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air. Kenapa aku kalah dengan batu? Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, itu artinya aku kurang lama dan tekun belajar
Setelah berpikir, akhirnya Ibnu Hajar kembali lagi ke pondok untuk menemui sang kyai. Ia pun belajar lagi dengan penuh semangat. Usaha tersebut tidak sia-sia. Dia berhasil menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang beberapa kitab. Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi sebutan Ibnu Hajar (Anak Batu).

(Sumber: 60 Biografi Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid)
Rangkuman
1. Kandungan Q.S. al-Rahman/55:33 meliputi:
manusia dan jin tidak akan mampu menembus penjuru langit dan bumi untuk mengetahui isinya kecuali atas kekuatan dari Allah Swt.;
kekuatan dari Allah Swt. itu berupa akal yang harus dikembangkan dengan cara belajar;
belajar itu wajib agar kita dapat menguasai dunia untuk kebaikan umat.
2. Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 meliputi:
perintah untuk menuntut ilmu setinggi mungkin;
perintah untuk selalu beriman kepada Allah Swt.
perintah untuk memuliakan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
3. Rasululah saw. menjelaskan bahwa, “menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap seorang Islam”. Etika dalam mencari ilmu antara lain:
mencintai ilmu yang sedang dipelajari;
menghormati orang yang memberikan ilmu (guru);
tidak memotong pembicaran saat guru sedang menjelaskan;
mendengarkan penjelasan guru dengan serius.
Syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafi‘i adalah, kecerdasan, sungguh-sungguh, sabar, biaya, petunjuk guru, dan waktu yang lama.
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib (fardu‘ain) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.









Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!

1. Kata yang bergaris bawah pada ayat berikut memiliki arti ….ً وما كان المؤمنون لينفرو كافة
A. tidak sepatutnya
B. semuanya
C. pergi
D. memperdalam
E. kelompok
2. Berdasarkan QS. at-Taubah ayat 122 tersebut, perintah untuk berjihad dalam artian berperang pada saat itu hukumnya ….
A. farḍu ‘ain
B. farḍu kifāyah
C. sunnah
D. wājib
E. harām
3. Ketika Rasul sendiri keluar dan mengarahkan kaum Mu’min menuju medan perang, hukum perang menjadi ….
A. wājib
B. farḍu kifāyah
C. sunnah
D. makrūh
E. harām
4. Tafsiran kata  ليتفقهوا menurut Mujāhid dan Qatādah adalah ….
A. ditujukan kepada kaum muslimin yang berjihad
B. ditujukan bagi mereka yang tinggal di Mekah
C. ditujukan bagi mereka yang tinggal di Madinah dan ikut berjihad di jalan Allah
D. ditujukan kepada orang-orang yang menemani Nabi Muhammad saw
E. hendaknya mereka yang tidak ikut berjihad lebih mendalami ilmu-ilmu agama
5. Menurut al-Qurtubı̄  menuntut ilmu hukumnya adalah ….
A. wājib‘ain
B. farḍu kifāyah
C. sunnnah
D. wājib dan farḍu kifāyah
E. jāiz
6. Kata   المجالس dalam QS. al-Mujādalah   [58]: 11 pada dasarnya diartikan ….
A. tempat duduk
B. tempat berdiri
C. tempat berbaring
D. tempat yang sempit
E. tempat yang lapang
7. Allah subḥānahū wa taʻālā  mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu jika ….
A. ilmunya tinggi
B. ilmunya untuk diri sendiri
C. ilmunya banyak
D. ilmunya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat
E. ilmunya disebarkan kepada yang lain
8. QS. al-Mujādalah   [58]: 11 salah satu kandungannya adalah mengajarkan kepada kita keselarasan dan  keseimbangan antara ….
A. lahir dan batin
B. dunia dan akhirat
C. iman dan ilmu
D. ilmu dan amal
E. iman dan Islam
9. Jika seorang muslim hendak melaksanakan ibadah atau mu‘amalah yang ia harus mengetahui bagaimana cara melakukannya, menuntut ilmu dalam hal ini hukumnya ….
A. sunnah
B. farḍu ‘ain
C. farḍu kifāyah
D. harām
E. jāiz
10. Makna  farḍu kifāyah adalah ….
A. harus dikerjakan oleh setiap orang
B. lebih baik dikerjakan oleh setiap orang
C. hendaknya ditinggalkan oleh setiap orang
D. jika dikerjakan oleh seseorang atau sebagian yang lain menjadi sunah
E. boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan 












BETAPA BESAR TAGGUNG JAWABKU TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT

Kompetensi Dasar Indikator
1.1.Menghayati nilai-nilai tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat 1.1.1.Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat
2.1. Menunjukkan perilaku tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat sebagai implementasi dari pemahaman QS. at-Tahriim [66]: 6, surahThaahaa [20]: 132, al-An’aam [6]: 70, an-Nisaa’[4]: 36, Huud [11] : 117-119 dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar ,H.R. Abu Dawud dari Ar-Rabi’ bin Sabrah dan hadis riwayat oleh Al- Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah 2.1.1.Mengimplementasikan perilaku tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat sebagaiimplementasi dari pemahaman QS. at-Tahriim [66]: 6, surahThaahaa [20]: 132, al-An’aam [6]: 70, an-Nisaa’[4]: 36, Huud [11] : 117-119 dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar ,H.R. Abu Dawud dari Ar-Rabi’ bin Sabrah dan hadis riwayat oleh Al- Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
3.1. Memahami  ayat-ayat al-Qur'an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat yang terdapat pada QS. at-Tahriim [66]: 6, surahThaahaa [20]: 132, al-An’aam [6]: 70, an-Nisaa’[4]: 36, Huud [11] : 117-119 dan hadis riwayat Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar ,H.R. Abu Dawud dari Ar-Rabi’ bin Sabrah dan hadis riwayat oleh Al- Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah 3.1.1.Membaca ayat dan hadist tersebut
3.1.2.Menyebutkan makna mufradat ayat dan hadist tersebut
3.1.3.Menyebutkan makna  keseluruhan  ayat dan hadis tersebut
3.1.4.Menjelaskan kandungan ayat dan hadist tesebut.
3.1.5.Peserta didik dapat menyimpulkan isi kandungan ayat dan hadist terebut
4.1.Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat al-Qur'an dan Hadis tentang  tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat yang terdapat pada QS. at-Tahriim [66]: 6, surahThaahaa [20]: 132, al-An’aam [6]: 70, an-Nisaa’[4]: 36, Huud [11] : 117-119 dan hadis   
4.1.1. Menunjukkan perilaku tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat

DEFINISI TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya.
Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.
Bagi orang yang kurang takut terhadap Tuhan, atau mungkin bahkan tidak peduli, masih ada konsep mengenai hukum karma. Bahwa alam semesta akan berfungsi sedemikian rupa sehingga setiap kejahatan akan kembali kepada si pembuatnya dengan berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kebaikan.
Yang manapun itu, bertanggung jawab adalah nilai moral yang mulia. Yang membuat manusia berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain, bahkan berusaha semampunya untuk selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang bermanfaat bagi sistem masyarakat,  atau sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab cenderung merusak sistem di manapun dia berada.

MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup, kemudian mati. Agar manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai pengisi fase kehidupannya itu maka manusia tersebut atas namanya sendiri dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya dari masing-masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan hidupnya di dunia sebagai makhluk Tuhan.
Contoh:Manusia mencari makan, tidak lain adalah karena adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar dapat melangsungkan hidupnya.

Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab itu menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Untuk memenuhi tanggung jawab dalam keluarga kadang-kadang diperlukan pengorbanan.
Contoh: Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh: Seseorang yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelacuran pada lingkungan masyarakat yang baik-baik, apapun alasannya tindakan ini termasuk tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat, karena secara moral psikologis akan merusak masa depan generasi penerusnya di lingkungan masyarakat tersebut.

Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkahlaku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawabkan kepada negara.
Contoh: Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, guru Isa yang terkenal guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula dipertanggung jawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan itu di ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawabmelainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
Contoh: Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya ini ia berkorban tidak memenuhi kodrat manusia pada umumya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.

DEFINISI MANUSIA
Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.
Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.



HUBUNGAN MANUSIA DAN TANGGUN JAWAB

Tanggung jawab merupakan sesuatu yang mendampingi hak asasi manusia sejak lahir.dapat kita lihat tanggung jawab mengandung 2 unsur kata yaitu menangggung dan menjawab .menanggung sendiri yaitu memikul sesuatu baik nyata ataupun tidak sedangkan menjawab adalah sesuatu hasil yang mutlak dari sebuah reaksi manusia dalam merespon sesuatu disekitarnya.dapat diartikan tanggung jawab adalah sesuatu yang ditanggung dan harus dilakukan oleh manusia bauk terlihat maupun tidak terlihat.tanggung jawab sendiri erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia maka dari itu diperlukan sebuah tekad untuk melaksanakan sebuah tanggung jawab.
Contoh sehari-hari sebuah tanggung jawab yaitu
Seorang anak yang telah menerima hak untuk disekolahkan oleh orang tuanya maka harus belajar dengan giat dan menjadi seorang siswa/siswi yang berprestasi
TUHAN menciptakan manusia ke dunia dan memberikan hak untuk hidup namun manusia tersebut harus taat dan mematuhi larangannya agar tetap selamat.

JENIS-JENIS TANGGUNG JAWAB

a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri,  yaitu menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
b) Tanggung jawab terhadap keluarga, yaitu tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya terhadap nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan,dan kehidupan.
c) Tanggung jawab terhadap masyarakat, yaitu manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial.
d) Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara, yaitu suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri, dan apabila perbuatan itu salah, maka harus bertanggung jawab kepada negara.
e) Tanggung jawab terhadap Tuhan, yaitu Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan, sehingga tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

Surah At-Tahrim : 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Terjemahan Surah At Tahrim : 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6)

 Sebab Turunnya surat Attahrim (Asbabun Nuzul)

Ibnu katsir setelah menulis ayat At-Tahrim beliau juga menukil pendapat yang mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas dirinya Maria Al-Qibtiah (lih. Tafsir Ibnu Katsir juz.8 hal.158) tapi kemudian beliau menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas dirinya madu.
Kemudian Syaikh Utsaimin menguatkan pendapat yang mengatakan sebab turunnya ayat ini adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengharamkan atas dirinya madu.
(Lih. Asy-Syarh Al-Mumti’ ala Zad Al Mustaqni’ oleh syaikh Utsaimin juz.13 hal.217).

Penjelasan Ayat
Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat. Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan amal harian kita, sebagai suatu bukti ibadah kita kepada Allah SWT. Sehingga hidup kita mendapat ridha dari-Nya. Yaitu dengan cara menjaga diri dan keluarga, istri, anak, orang tua, dan sanak kerabat kita dari adzab api neraka.

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”,
Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan, “Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”) mengatakan : “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”.

Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni, hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka.”Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan :“Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya.”
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT.
Terjemahan Kata Perkata
قُوا Bentuk jamak dari fiil amr قِ yang berarti peliharalah
وَقُودُ Bahan bakar
الْحِجَارَةُ Batu
غِلَاظٌ Kasar
شِدَادٌ Keras
Surah Taha : 132
  وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى     
(طه: ١٣٢ )
Terjemahan Surah Taha : 132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami ti¬dak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Sebab Turunya Surah Taha : 132 (Asbabun Nuzul)
Thaahaa Termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian daripada surat-surat Al Quran, ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran

Penjelasan Surah Taha : 132
Ayat 132 di atas, menjelaskan bahwa salah satu kewajiban ke¬pala keluarga adalah memerintahkan anggota keluarganya untuk melaksanakan dan memelihara shalat dengan baik. Perintah me¬laksanakan shalat ini disampaikan kepada anak-anaknya ketika mereka mulai menginjak usia tujuh tahun seperti termuat dalam hadits :
Artinya : "Perintahkanlah mereka untuk melakukan shalat ketika meng¬injak usia tujuh tahun. Dan ketika mereka menginjak usia se¬puluh tahun belum mengerjakan shalat maka berilah sanksi agar mereka mau mengerjakan shalat. "
Mengapa shalat dianjurkan untuk dikerjakan oleh seseorang sejak usia kanak-kanak? Karena di dalam shalat terkandung nilai¬nilai pendidikan yang luhur yang dapat membina seseorang men¬jadi dewasa dalam segala hal. Nilai-nilai itu antara lain :
shalat menanamkan sikap selalu dekat dengan Allah
shalat menanamkan sikap disiplin
shalat menanamkan sikap kebersamaan
shalat menanamkan sikap selalu bersih
shalat menanamkan sikap patuh kepada atasan
shalat menanamkan sikap peduli terhadap bawahan.
Sikap berikutnya yang perlu ditanamkan kepada anak adalah sifat sabar, terutama dalam melaksanakan shalat karena memang shalat itu adalah berat kecuali bagi orang-orang yang jiwanya te lah khusyuk. Di camping itu, perlu ditanamkan pula sifat sabar da¬lam menjalankan perintah yang lain, sabar dalam menjauhi larang¬an, dan sabar dalam menerima musibah. Sabar bukan berarti pas-rah terhadap keadaan, tetapi yang dimaksud sabar adalah teguh pendirian dan tabah dalam menghadapi godaan
Dalam akhir ayat di atas, Allah menyatakan : "Kami tidak me minta rezeki darimu, tetapi Kamilah yang memberi rezeki kepada¬mu. Dan balasan yang baik adalah bagi orang-orang yang taqwa ".
Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa yang diminta Allah dari manusia adalah ibadah dan taqwanya kepada Allah, bukan ba¬lasan rezeki seperti yang diminta oleh para pembesar manusia dari bawahannya. Dan tuntutan ibadah serta ketaqwaan pun bukan ber¬arti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketaqwaan itu, sebab Allah akan tetap besar dan agung meskipun tak seorang pun ma¬nusia menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Tetapi, ibadah dan taqwa itu mengandung hikmah, kegunaan, manfaat nilai-nilai lu¬hur seperti yang telah disebutkan di atas. Ini semata-mata untuk keperluan manusia sendiri. Selanjutnya pahala ibadat akan di¬terimanya pula nanti di akhirat.

Q.S. Thaha : 132
وَأْمُرْ Dan perintahkanlah
وَاصْطَبِرْ Dan bersabarlah
لَا نَسْأَلُكَ (Kami) tidak meminta kepadamu
وَالْعَاقِبَةُ Dan akibat (kesudahan)

Surah Al An’am : 70

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
 Terjemahan Surah Al An’am : 70

dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

An Nisa : 36
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Surah Hud : 117-119

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (١١٧)وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (١١٨)إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (١١٩) 
Terjemahan Surah Hud : 117 – 119
•         
117. dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.
118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,
119. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

Hadist Tentang Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga & Masyarakat

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: كًلُّكُمْ رَاعٍ وَكَلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالإِمَامُ رَاعٍ  وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَ مَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَقَالَ حَسِبْتُ أَنْ قَالَ : وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى مَالِ اَبِيْهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَ كًلُّكُمْ رَاعٍ وَكَلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
 (رواه البخارى ومسلم والترمذى)
Terjemahan Hadist
Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya mendengar Ra¬sulullah saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin dan ber¬tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pe¬mimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas ang¬gota keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin da¬lam rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas se¬mua anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas ke¬selamatan dan keutuhan hartanya". Abdullah berkata : 'Aku me¬ngira Rasulullah mengatakan pula bahwa seseorang adalah pe¬mimpin bagi harta ayahnya dan bertanggung jawab atas ke¬selamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu adalah pe¬mimpin dan bertanggung jawab atas'segala yang dipimpinnya. (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)

Sistem pendidikan Islam juga sekaligus merupakan sub sistem yang tak terlepas dari pengaruh sub sistem yang lain dalam penyelenggaraannya. Sistem ekonomi, politik, sosial-budaya, dan idoelogi akan sangat menentukan keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan yang berbasiskan aqidah dan syari’ah islam. Dengan demikian maka pengaruh berbagai sistem lainnya terhadap keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan islam memiliki keterkaitan yang erat.

Meski disadari betapa pentingnya posisi pendidikan Islam dalam konteks pendidikan nasional. Namun, harus pula diakui hingga saat ini posisi pendidikan Islam belum beranjak dari sekadar sebuah subsistem dari sistem besar pendidikan nasional.





















Soal Evaluasi
Berilah tanda silang pada jawaba yang benar
1. Kandungan pokok ayat   يائيها الذين امنو قو انفسكم واهليكم ناراadalah …
A. perintah untuk menyuruh keluarga melakukan salat
B. perintah berbuat baik kepada kerabat terutama orang tua
C. menjaga diri dan keluarga adalah tanggung jawab
D. malaikat adalah makhluk yang kasar dan keras
E. manusia juga dapat dijadikan bahan bakar
2. Arti kata  pada ayat   غلاظ شدادadalah …
A. yang tidak durhaka
B.  yang kasar dan keras
C. batu
D.  yang kasar
E.  bahan bakar
3. Potongan ayat yang menjelaskan bahwa malaikat akan mengerjakan semua yang diperintahkan   oleh Allah subḥānahū wa taʻālā  adalah
A. عليها ملاءكة غلاظ شداد
B.لايعصون الله ما امرهم
C.قو انفسكم واهلكم نارا
D.يائيها الذين امنو قو
E.ويفعلون مايامرون 
4. Sahabat Sayyidina  ‘Umar bin Khaṭab  memberanikan diri bertanya kepada Nabi Muhammad, bagaimana aplikasi dari QS. at-Taḥrı̄m  ayat 6 ini, kemudian Nabi Muhammad menjawab …
A. berakhlaklah dengan baik
B. berbuatlah kebaikan
C.  laranglah berbuat kejahatan
D. semua bentuk larangan harus diperhatikan oleh keluarga
E. laranglah mereka mengerjakan sesuatu yang kamu juga dilarang dan      perintahkanlah mengerjakan terhadap apa yang kamu diperintah
5. Dalam membangun sebuah masyarakat madani mutlak diperlukan adanya pembinaan yang baik dan berkesinambungan. Konsep dari Allah subḥānahū wa taʻālā  untuk hal tersebut, agar dalam pembinaan diri, keluarga dan masyarakat harus dimulai  dari diri sendiri atau istilah lainnya adalah …
A. ibda’ bil-gairi           
B.  ibda’ ma‘al-jamā‘ah 
C.   ibda’ bil- jamā‘ah
D.   ibda’ bin-nafsik 
E.   ibda’  bil-mujtama‘ 
6. Asbābun-nuzūl QS. Ṭāhā  ayat 132 adalah …
A. para sahabat Nabi belum menunjukkan kesabarabnnya dalam    berdakwah
B. orang Yahudi memuji kesabaran Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam
C. orang Yahudi mengolok-olok kemiskinsn Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam
D. keengganan umat Islam pada masa itu untuk mendirikan shalat
E. orang Yahudi tidak mau meminjamkan tepung kepada Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallamtanpa jaminan
7. Kata yang berarti “dan perintahkanlah kepada keluargamu” pada QS. Ṭāhā  ayat 132 adalah..َ
A. وامر اهلك
B. نحن نزرقك
C. والعاقبة للتقوى
D. عليها واصطبر
E. لانسالك رزقا
8. Kata yang berarti “dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa ” pada QS. Ṭāhā   ayat 132 adalah …
A. وامر اهلك
B. عليها واصطبر
C. نحن نزرقك
D. لانسالك رزقا
E. والعاقبة للتقوى
9. Hadis tentang tanggung jawab manusia  ... ككم راع وككم  pada materi pokok hadis diriwayatkan oleh …
A. al-Bukhārı ̄
B.  Muslim
C. Tirmı̄żı ̄                         
D.  Abū Dāwud
E.  Jawaban a, b dan c benar
10. Kaum Nabi Syu’aib ‘alaihissalam diazab oleh Allah karena mereka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah yaitu …. 
A. mengurangi timbangan
B. homo seksual
C. liwath
D. memusuhi Nabi
E. kejam













BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.2. Menghayati nilai-nilai kompetitif dan kerjasama dalam kebaikan 1.2.1. Membiasakan menanamkan nilai-nilai kompetitif dan kerjasama dalam kebaikan
2.2. Menunjukkan sikap kompetitif dalam kebaikan sebagai pemahaman atas QS. al-Baqarah [2]:148, QS. al-Faathir [35]: 32, QS. an-Nahl [16]: 97, dan Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah 2.2.1.Mengimplementasikan 2.2. Menunjukkan sikap kompetitif dalam kebaikan sebagai pemahaman atas QS. al-Baqarah [2]:148, QS. al-Faathir [35]: 32, QS. an-Nahl [16]: 97, dan Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah
3.2. Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang kompetisi dalam kebaikan QS. alBaqarah [2]:148, QS. al-Faathir [35]: 32, QS. an-Nahl [16]: 97, dan Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah. 3.2.1. Membaca ayat dan hadist tersebut
3.2.2.Menyebutkan makna mufradat ayat dan hadist tersebut
3.2.3.Menjelaskan kandungan ayat dan hadist tersebut
4.2.Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat al-Qur'an dan Hadis tentang kompetisi dalam kebaikan QS. al-Baqarah [2]:148, QS. al-Faathir [35]: 32, QS. an-Nahl [16]: 97, dan Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah 4.2.1. Menunjukkan perilaku kompetisi dalam kebaikan

Baik dan buruk adalah sifat yang berlawaan dan tidak pernah akan bertemu, membiasakan berbuat baik sekalipun hanya kecil ternyata tidak mudah. Sebaliknya perbuatan yang jauh dari tuntunan dan syar`i ternyata tanpa diajarkan meluncur dengan cepat bagaikan salju yang runtuh dalam waktu sekejab. Berkompetisi dalam berbuat baik harus secara menyeluruh dan mengikut sertakan semua pihak. Sekolah, orangtua, masyarakat, dunia penerbitan dan komunikasi terlebih dunia hiburan yang banyak muncul dilingkungan keluarga melalui media elektronik harus ikut pula menunjang agar setiap manusia terpanggil untuk senantiasa melakukan kebaikan. Berfastabiqul khoirot hendaknya menjadi motivasi dan motto setiap manusia, sehingga dari setiap pribadi manusia akan muncul aktivitas yang bermuara kebaikan dan diharapkan akan tercipta masyarakat yang mempunyai pola hidup berbuat baik.

A. Surat Al Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya  : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti kata kata :
 وَلِكُلٍّ : Dan bagi tiap tiap umat
 بِكُمُ اللّهُ : Dengan/padamu Allah
 وِجْهَةٌ : Kiblat
 جَمِيعاً : Sekalian /semua
 هُوَ : Ia
 إِنَّ اللّهَ : Sesungguhnya Allah
 مُوَلِّيهَا : Menghadap kepadanya
 عَلَى كُلّ : Atas segala
 فَاسْتَبِقُوا : Maka berlomba lombalah kamu
 شَيْءٍ : Sesuatu
 الْخَيْرَاتِ : Kebaikan
 قَدِيرٌ : Mahakuasa
 أَيْنَ مَا : Dimana saja
 تَكُونُوا : Kamu berada
 يَأْتِ : Mengumpulkan


ISI KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH 148
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk ibadah pada zamanya. Umat Islam menghadapkan wajahnya dalam beribadah menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa,  sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan keinginanya. Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7 Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan yang baik.

Surat Al Fathir : 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾
Artinya : Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti kata kata
 ثُمَّ :Kemudian
 مُّقْتَصِدٌ :Ada yang pertengahan
 أَوْرَثْنَا :Kami wariskan
 سَابِقٌ :Yang lebih dulu
 الْكِتَابَ :Kitab itu
 بِالْخَيْرَاتِ :Berbuat kebaikan
 الَّذِينَ :Yang
 بِإِذْنِ اللَّهِ engan izin Allah
 اصْطَفَيْنَا :Kami pilih
 ذَلِكَ هُوَ :Yang demikian itu adalah
 مِنْ عِبَادِنَا : Diantara hamba hamba kami
 الْفَضْلُ :Karunia
 فَمِنْهُمْ :Lalu diantara mereka
 الْكَبِيرُ :Yang amat besar
 ظَالِمٌ : Menganiaya
 لِّنَفْسِهِ : Diri mereka sendiri
 وَمِنْهُم : Dan diantara mereka
Isi Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia : Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari. Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut.
Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya. Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan : Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.
Allah SWT tidak pernah memerintahkan manusia untuk saling bermusuhan, saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap milik sesama muslim maupun milik orang lain yang bukan muslim. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menyembahnya, tidak menyekutukannya dengan sesuatu dengan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama makhluk khususnya manusia, tanap membendakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan. Menolong atau meringankan penderitaan orang lain adlah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk kebajikan.
Surat Al Baqarah Ayat 148 Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148)
Isi Kandungan :
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi emnghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat.. Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala mala perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.
Surat Fatir Ayat 32 Artinya: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS Fatir : 32)
Isi Kandungan Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat. Tergolong surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang tingkatan-tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat ini disebutkan tiga golongan yang menerima kitab. Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak kejahatannya. Mereka yang bersifat pertengahan (muqtasid). Orang yang semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh. Nilai amal shaeh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak idasari dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kpada kita walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang ita lakukan tidak akan mendapat nilai di sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lin menyatakan sebagai berikut. orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya amal perbuatan orang kafir akan sia-sia orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia saja.













Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang paling benar!
1. Yang dimaksud dengan sābiqun bil-khairāt adalah ....
A. orang yang dermawan
B. orang yang baik hati
C. orang yang lebih banyak kebaikannya
D. orang yang sejahtera
E. orang banyak yang baik
2. Arti kata استبقوا ا adalah ….
A. berlomba-lombalah
B. berduyun-duyunlah
C. bersenang senanglah
D. berjayalah
E. berlindunglah
3.  Lafal yang bergaris bawah pada bagian ayat tersebut terjemahnya …. ولكل وجهة هو موليها
A. panduan
B. kiblat
C. teladan
D. pedoman
E. pelajaran
4. Salah satu syarat suatu perbuatan dapat diterima di sisi Allah menurut QS. an-Naḥl ayat 97 adalah ….
A. dilandasi keimanan
B. ikhlas
C. bila dikerjakan secara maksimal
D. tidak riya’
E. tidak ada unsur kesombongan
5.   حياة طيبة menurut ‘Abdullāh  bin Abbas adalah ….
A. hidup sejahtera dengan rezeki yang halal dan baik
B. kesenangan hidup yang dilandasi rasa ikhlas dan qonā‘ah
C. kesenangan yang hanya dinikmati ketika didunia
D. kehidupan yang sejahtera dan bahagia dengan tercukupi semua kebutuhannya
E. hidup bahagia dengan rezeki yang diperolehnya dengan hasil yang usahanya sendiri. 
6. Kata اجر  artinya adalah…
A. اجور
B. اجير
C. اجورت
D. يجري
E. اجرأة
7. Lafadz    ولنجزينهم  adalah penegasan Allah yang berarti...
A. dan sungguh akan mendapatkan kehidupan bagi mereka
B. dan sesungguhnya Kami beri kesenangan untuk  mereka
C. dan sungguh akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka kerjakan.
D. dan akan Kami beri blasan kepada mereka
E. dan balasan Allah subḥānahū wa taʻālā akan diberikan kepadanya.
8. Ungkapan حياة طيبة  menurut ‘Alı̄ bin Abı̄  Ṭalı̄b adalah...
A. kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat
B. kesejahteraan hidup akan dapat diperolehnya ketika hidup di dunia
C. kehidupan yang disertai qanā’ah
D. kesejahteraan hidup di dunia saja
E. semua kebutuhan hidupnya akan tercukupi.
9وكثرة الصدقة فى السر والعلانبة       Kata yang bergaris bawah artinya
A. dalam keadaan rahasia dan tersembunyi
B. dalam keadaan rahasia dan terang-terangan
C. dalam keadaan terang-terangan dan jelas
D. dalam keadaan rahasia dan terpercaya
E. dalam keadaan terang-terangan dan dilihat orang
10.   وتنصرو وتجبروا  Orang yang bersedekah akan memperoleh banyak hikmah. Di antaranya seperti disebut dengan istilah di atas. Kedua istilah tersebut mengandung arti .....
A. dimudahkan rezeki dan diberi pertolongan
B. dimaakan kesalahanmu dan dihormati
C. diperbaiki keadaanmu dan dimudahkan rezekimu
D. dilapangkan usahamu dan diberi pertolongan
E. diberi pertologan








ETOS KERJA
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.3. Menghayati nilai-nilai etos kerja dalam kehidupan sehari-hari. 1.3.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.
2.3. Memiliki etos kerja yang tinggi sebagai implementasi QS. al-Jumuu’ah [62]: 9-11; QS. al-Qashash [28]: 77,  dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’di kariba dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari kakeknya 2.3.1.Mengimplementasikan etos kerja yang tinggi sebagai implementasi QS. al-Jumuu’ah [62]: 9-11; QS. al-Qashash [28]: 77,  dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’di kariba dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari kakeknya
3.3. Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang etos kerja pada QS. al-Jumuu’ah [62]: 9-11; QS. al-Qashash [28]: 77,  dan riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’di kariba dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari kakeknya.
3.3.1. Membaca ayat dan hadist tersebut
3.3.2.Menyebutkan makna mufradat ayat dan hadist tersebut
4.3.Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat al-Qur'an dan Hadis tentang etos kerja pada QS. al-Jumuu’ah [62]: 9-11; QS. al-Qashash [28]: 77,  dan riwayat Ibnu Majah dari Miqdam bin Ma’di kariba dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari kakeknya. 4.3.1. Menjelaskan kandungan ayat dan hadist tersebut
4.3.2.Menunjukkan perilaku etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Etos Kerja

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.
Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi budaya kerja.
Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun istilah dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

Dalil Qur’an Mengenai Keseimbangan Usaha Duniawi maupun Ukhrawi
Dalam Qs. Al Qashash : 77 yang Artinya :
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Analisis
Penjelasan pada ayat ini Allah memrintahkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat menciptakan keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan usaha untuk keperluan ukhrawi. Dalam kaitannya dengan keseimbangan urusan duniawi dan ukhrawi, diriwayatkan oleh Ibnu Askar bahwa Nabi SAW bersabda, “Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah (Beribadah) untuk akhiratmu sekan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu Askar). Selanjutnya ayat di atas Allah memerintahkan supaya berbuat baik kepada diri dan sesamanya (orang lain). Kebaikan Allah yang maha rahman dan rahim keada seluruh makhluk-Nya tidak terhitung jumlahnya. Jenis-jenis perbuatan baik itu sangat beragam, misalnya membantu orang yang membutuhkan pertolongan, menyantuni anak yatim, bepartisipasi membangun masid, madrasah, jalan umum dan lain-lain. Berbuat baik kepada orang lain artinya melakukan perbuatan yang baik dan berguna untuk kepentingan orang lain, dengan segala potensi yang dimiliki. Maka perbuatan baik itu bisa dilakukan dengan ucapan, tenaga, harta, ilmu dan lain-lain. Dan berbuat baik terhadap diri sendiri, yaitu memelihara dan menjaga diri dari bahaya. Misalnya memelihara diri supaya sehat jasmani dan rohani, dengan memakan makanan yang halal lagi baik, berobat ketika sakit dan lain-lain.
Diakhir ayat ini Allah juga memerintahkan kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi, seperti menebang hutan tanpa perhitungan, mencemari air maupun udara, bahkan terhadap sesama manusia saling menfitnah, adu domba, permusuhan dan pembunuhan. Semua itu sangat di benci Allah, karena akan berakibat kerusakan alam dan hancurnya kedamaian makhluk hidup.
Hal-hal yang Menunjukkan dan Menerapkan Prilaku Beretos Kerja
i. Allah SWT memerintahkan kepada orang mukmin agar mengupayakan keseimbangan dalam memenuhi kepentingan duniawi dan ukhrawi.
ii. Allah SWT memerintahkan agar selalu berbuat baik terhadap diri dan sesamanya sebagaimana dia teah berbuat baik kepada manusia.
iii. Allah memerintahkan kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan dimuka bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang demikian itu.

QS. Al-Mujadalah: 11
Yang Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Asbabu Nuzul  QS. Al-Mujadalah: 11
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hati dari Muqatil bin Hibban, bahwa pada suatu hari, yaitu hari Jum’at para pahlawan perang Badar datang ketempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang pada tidak mau memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri pada orang-orang yang lebih dahulu duduk. Sedang para pahlawan Badar disuruh duduk ditempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat merasa tersinggung perasaannya. Kemudian turunlah ayat ini sebagai perintah kaum Muslimin untuk menaati perintah Rasulullah dan memberi kesempatan duduk kepada sesama mukmin.[3]

Analisis QS. Al-Mujadalah ayat 11
Pada bagian akhir dari ayat 11 di atas menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Orang-orang mukmin diangkat oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama atau keakheratan saja, tetapi menyangkut ilmu-ilmu keduniawian. Apapun ilmu yang dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain maka akan mejadi pusaka bagi pemiliknya, selain amal jariyah dan anak shaleh.[4]
Hal-hal yang Menunjukkan dan Menerapkan Perilaku Beretos Kerja
a. Sesama mukmin hendaknya saling memberi kelapangan atau berlapang-lapang dada terutama didalam majlis, sebagai bentuk penghargaan, penghormatan dan kepedulian terhadap sesama saudara.
b. Allah mengangkat derajat kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derjat. Dan dengan ilmunya itu mereka bisa mengamalkan ilmunya di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi.
c. Allah dan Rasulnya sangat menghormati orang-orang yang berilmu, karena jasanya umat terbimbing menuju kehidupan yang benar dan pada kehidupan yang lebih baik.

Ciri  -  Ciri Etos Kerja Islami

Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Baik dan Bermanfaat
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.
2. Kemantapan atau perfectness
Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami yang berarti pekerjaan mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan danskill yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambahatau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih.
3. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif.
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.
4. Berkompetisi dan Tolong-menolong
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah, seperti “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun).

5.      Objektif (Jujur)
Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai  yang benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu.
5. Disiplin atau Konsekuen
Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut dengan amanah. Sikap bertanggung jawab terhadap amanah merupakan salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah dunia kerja. Allah memerintahkan untuk menepati janji adalah bagian dari dasar pentingnya sikap amanah. Janji atau uqud dalam ayat tersebut mencakup seluruh hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta, atau bisa dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia. Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh terutama yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang semestinya dipenuhi.
6. Konsisten dan Istiqamah
Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan suatu sistem yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata. Orang atau lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus akan mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah janji Allah kepadahamba-Nya yang konsisten/istiqamah.
7. Percaya diri  dan Kemandirian
Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, karena jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset dan kemampuan serta potensi ilahiyah yang ia miliki yang sungguh sangat besar nilainya. Semangat berusaha dengan jerih payah diri sendiri merupakan hal sangat mulia posisi keberhasilannya dalam usaha pekerjaan.
8. Efisien dan Hemat
Agama Islam sangat menghargai harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan bahwa agama Islam membenci harta, adalah tidak benar. Yang dibenci itu ialah mempergunakan harta atau mencari harta dan mengumpulkannya untuk jalan-jalan yang tidak mendatangkan maslahat, atau tidak pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf  (kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan harta tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berperilaku hemat dan efisien dalam pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai juga maksimal. Namun sifat hemat di sini tidak sampai kepada kerendahan sifat yaitu kikir atau bakhil. Sebagian  ulama membatasi sikap hemat yang dibenarkan kepada perilaku yang berada antara sifat boros dan kikir, maksudnya hemat itu berada di tengah kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut akan berdampak negatif dalam kerja dan kehidupan, serta tidak memiliki kemanfaatan sedikit pun, padahal Islam melarang sesorang untuk berlaku yang tidak bermanfaat

Etika Kerja Dalam Islam
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. al-Baqarah: 172)
3. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
4. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
5. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakanalat-alat produksi.

Dalil Al-Qur’an tentang Etika Kerja dalam Islam
QS. Al-Jumu’ah ayat 9-1 yang Artinya:         
9.  Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1475] yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.
10.  Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
11.  Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik pemberi rezki.
[1475]  Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.


Asbabun Nuzul
Di dalam suatu hadis diriwayatkan oleh Jabir disebutkan sebagai berikut:
“ketika Rasulullah Saw berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah rombongan unta (pembawa dagangan), maka cepat-cepatlah sahabat Rasulullah Swt. mengunjunginya sehingga tidak tersisa lagi  (sahabat yang mendengarkan khutbah) kecuali 12 orang. Yaitu Saya (Jabir), Abu Bakar dan Umar termasuk mereka yang tinggal. Maka Allah Swt. pun menurunkan ayat: wa iza ra'au tijaratan au lahwan sampai akhir surat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Turmuzi dari Jabir bin Abdullah)













Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang paling benar!
1. QS. al-Jumu’ah ayat 9 termasuk ciri-ciri surat/ayat ….
A. Makkiyyah    D . Isra’iliyyah
B. Madaniyyah      E. Yamaniyyah
C. Misriyyah
2. Perhatikan ayat berikut!َ
يائيها الذين امنوا اذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعو ال ذكر الله و ذروالبيع
Ayat diatas mengandung maksud jika azan Jum’at telah diserukan ….
A. wajib shalat Jum’at dan makruh berdagang
B. wajib shalat Jum’at dan sunnah berdagang
C. wajib shalat Jum’at dan tidak boleh berdagang
D. wajib shalat Jum’at bagi setiap muslim
E. sunat shalat Jum’at dan sunat berdagang
3. Maksud kalimat وذروالبيع وpada QS. al-Jumu’ah: 9 adalah ….
A. perintah tetap melaksanakan kegiatan ketika azan sudah diserukan
B. larangan meninggalkan kegiatan setelah azan diserukan
C. perintah meninggalkan segala aktivitas pekerjaan setelah azan Jum’at diserukan
D. larangan jual beli
E. perintah untuk melaksanakan jual beli
4. Perintah untuk kembali beraktivitas pada pekerjaan setelah melaksanakan shalat Jum’at terdapat pada ….
A. QS. al-Jumu‘ah ayat 9
B. QS. al-Jumu‘ah ayat 10
C. QS. al-Jumu‘ah ayat 11
D. QS. al-Qaṣāṣ  ayat 77
E. QS. al-Jumu‘ah ayat 12
5. Ketika Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam sedang berkhutbah  di hari  Jum’at, datanglah kailah dagang dari Syam, sehingga jama’ah bubar, mereka meninggalkan Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam berdiri di atas mimbar. Peristiwa  tersebut melatar belakangi turunnya QS. al-Jumu‘ah ayat ….
A. 7 
B. 8 
C. 9 
D. 10 
E. 11
6. Perhatikan ayat berikut! وابتغ فيما اتاك الله الدار الاخرة ولا تنسى نصيبك من الدنيا
Kandungan ayat tersebut adalah ….
A. sebagai seorang muslim kita harus lebih mementingkan kehidupan akhirat
B. sebagai seseorang yang hidup di dunia kita harus bekerja semaksimal mungkin
C. kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup seorang manusia
D. konsep keseimbangan pemenuhan kehidupan dunia dan akhirat
E. antara kehidupan dunia dan akhirat tidak mungkin bisa seimbang
7. Maksud kalimat  ِ ضْ الر ِ
A. jangan bermalas-malasan فَادَسَفْ الِغْبَ  ت َو   adalah ….
B. jangan berlebihan
C. jangan boros
D. jangan berbuat kerusakan
E. jangan sombong dan kikir
8. Termasuk orang yang melalaikan akhirat adalah ….
A. menjalankan puasa
B. menjalankan shalat lima waktu
C. tolong menolong dalam kebaikan
D. membantu orang lemah
E. meninggalkan puasa
9. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mājah, nakah yang diberikan suami kepada istri, anak, atau pembantunya bernilai ….
A. tidak bernilai apa-apa
B. pahala
C. sedekah
D. baik
E. biasa saja
10.  Arti kata yang bergaris bawah adalah …. اللهم اني اعوذبك من العحز والكسل والجبن والهرم والبخل
A. kelemahan dan rasa takut
B. kelemahan dan kemalasan
C. kelemahan dan kepikunan
D. kelemahan dan kekikiran
E. kelemahan dan optimis





HIDUP LEBIH SEHAT DENGAN MAKANAN YANG HALAL DAN BAIK
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.4. Menghayati nilai-nilai selektif terhadap makanan. 1.4.1. Membiasakan diri menanamkan nilai-nilai selektif terhadap makanan.
2.4. Memiliki sikap selektif terhadap makanan dengan memilih makanan yang halal dan baik sebagai implementasi dari pemahaman QS. Al-Baqarah [2]:168-169, al-Baqarah [2]: 172-173, dan hadis riwayat Abu Dawud dari Ma’di kariba dan hadis riwayat At- Tirmizi dari Abu Hurairah 2.4.1.Mengimplementasikan sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika pergaulan
3.4. Memahami ayat-ayat al-Qur’an dan hadis tentang makanan yang halal dan baik pada QS. Al-Baqarah [2]:168-169, al-Baqarah [2]: 172-173, dan hadis riwayat Abu Dawud dari Ma’di kariba dan hadis riwayat At- Tirmizi dari Abu Hurairah.
3.4.1. Mempelajari ayat dan hadist tersebut.
3.4.2. Menjelaskan kandungan ayat dan hadist tesebut
4.4.Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat al-Qur’an dan Hadis tentang makanan yang halal dan baik pada QS. Al-Baqarah [2]:168-169, al-Baqarah [2]: 172-173, dan hadis riwayat Abu Dawud dari Ma’di kariba dan hadis riwayat At- Tirmizi dari Abu Hurairah.
4.4.1. Menghafal arti per kata pada ayat dan hadist tersebut
4.4.2.Menjelaskan makna kandungan ayat dan hadist tersebut
4.4.3.Mengklasifikasikan makanan yang halal dan baik berdasarkan ayat dan hadist tersebut

1. QS.  al-Baqarah [2]: 168-169
a. Terjemah Ayat
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (QS.  al-Baqarah [2]: 168). Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah. (QS.  al-Baqarah [2]: 169).
b. Penjelasan Ayat
Kata seruan “wahai manusia” di awal ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum  yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia.  Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan  dengan  kebiasaan suatu  kaum  yang terdiri  atas Banı̄ Saqi,  Banı̄ Amir bin  Ṣa‘ṣa‘ah, Khuza‘ah dan Banı̄ Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis binatang menurut kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali  dan anak ke lima jantan, lalu dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus  diserahkan kepada berhala. Padahal Allah tidak mengharamkan binatang jenis itu.
Allah menyuruh manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya adalah makanan yang haram dari segi hukum agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya seperti telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang makanan yang halal dari  segi hakikatnya adalah makanan yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar menurut agama. Sebaliknya makanan yang haram adalah makanan yang secara zatnya dilarang oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram karena hakikatnya yaitu haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayam itu dalal zatnya, namun karena cara mendapatkannya dilarang agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk makanan yang lain.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik itu adalah yang berguna dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain makanan tersebut juga harus diolah dengan benar dan  dibuat sesuai dengan yang memakannya.
Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di akhir ayat ini Allah mengingatkan kepada manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan adalah musuh manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Jiwanya keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya.
Dalam riwayat al-Hāiẓ  Abū Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasūlullāh pernah bersabda: “Demi zat yang diri Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam ada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya yang memasukkan sesuap makanan haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.” Dalam ayat 169 Allah menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh manusia untuk melakukan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela bila seseorang itu beriman kepada Allah dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Syaitan selalu membujuk manusia ingkar kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. 
Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya, yang mana manusia dibujuk dalam hal makanan, baik  cara mendapatkan maupun cara memakannya. Semua terlihat enak agar manusia terperangkap dalm perangkap syaitan yang menjerumuskan. Paling akhir syaitan berusaha agar manusia mengatakan terhadap Allah apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya manusia akan menjadi mabuk oleh kebiasaan syaitan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong syaitan, mengikuti jejak syaitan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang akhirnya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.
2. QS. al-Baqarah [2]: 172 – 173
b. Terjemah Ayat
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS. al-Baqarah [2]: 172). Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. al-Baqarah [2]: 173).
b. Penjelasan Ayat
Di dalam ayat 172 Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik baik, sebagaimana telah ditegaskan dalam ayat 168. Akan tetapi dalam ayat ini  Allah secara khusus menyerukan hanya kepada orang-orang yang beriman. Selanjutnya dalam ayat ini Allah menyuruh orang-orang beriman agar selalu mensyukuri nikmat-Nya jika benar-benar mereka beribadah atau menghambakan diri kepada-Nya.
Bersyukur artinya menggunakan nikmat Allah untuk mengabdi kepada-Nya, atau menggunakan nikmat Allah sesuai yang dikehendaki oleh-Nya. Antara bersyukur dan beribadah erat sekali kaitannya, sebab manifestasi syukur hakikatnya adalah beribadah kepada Allah, misalnya nikmat makanan atau harta. Maka bersyukur yaitu membangun sarana agama, menolong orang yang kelaparan, membangun jalan umum dan lain-lain, bersyukur yang demikian itu berarti beribadah kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Sedangkan dalam ayat 173 Allah menjelaskan jenis-jenis makanan yang diharamkan, yaitu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain nama Allah.
Bangkai adalah binatang yang benyawa yang mati karena tidak disembelih, apakah mati karena penyakit, terjatuh, terhimpit, tertabrak atau karena sebab-sebab yang lainnya. Semuanya diharamkan kecuali bangkai ikan dan belalang. Akal nuranipun dapat menerima bahwa bangkai itu menjijikkan dan kotor. Maka dari sudut kesehatanpun bangkai adalah makanan yang tidak baik, apalagi penyebabnya adalah penyakit, yang bisa saja penyakit tersebut akan menular kepada pemakannya. Demikian pula darah yang mengalir diharamkan untuk dimakan. Ibnu Abbas pernah ditanya tentang limpa (ṭinal) maka jawab beliau makanlah. Orang-orang kemudian berkata disembelih bukan karena Allah disini ialah semata-mata ‘illat agama. Dengan demikian itukah darah?,  jawab Ibnu Abbas, darah yang diharamkan atas kamu adalah darah yang mengalir. Makanan yang diharamkan lainnya adalah daging babi, Allah tidak menyebutkan alasan-alasan mengapa daging babi diharamkan. Tetapi sebagai orang yang beriman kita harus menerimanya dengan penuh keyakinan.
Jika kita mencari-cari hikmahnya bukan karena hendak mengubah hukum, tetapi untuk menguatkan hukum tersebut. Hikmah daging babi diharamkan antara lain kita akan terhindar dari kotoran dan penyakit yang ada pada daging babi. Babi adalah binatang yang sangat jorok dan kotor, maka orang yang beriman akan terhindar dari karakter babi yang kotor tersebut. Binatang yang diharamkan lainnya adalah binatang yang disembelih bukan karena Allah, yaitu binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, misalnya nama berhala. Kaum penyembah berhala (waṡā niyyin) apabila hendak menyembelih binatang mereka sebut-sebut nama berhala seperti, Lattā, Uzza dan lain-lain ini berarti suatu taqqarub kepada selain Allah dan menyembahnya.
Semua makanan yang diharamkan sebagaimana dijelaskan di atas berlaku ketika dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan darurat maka hukumnya halal. Darurat dalam masalah ini misalnya apabila tidak memakannya bisa menimbulkan kematian, karena tidak ada lagi makanan selain itu, atau karena diintimidasi jika tidak memakannya akan dibunuh. Lamanya boleh makan dalam keadaan darurat sebagian ulama berpendapat sehari semalan. Imām  Mālik  memberikan suatu pembatas yaitu sekedar kenyang dan boleh menyimpannya sehingga mendapatkan makanan yang lain . Ahli iqih yang lain berpendapat tidak boleh makan melainkan sekedar dapat mempertahankan sisa hidupnya. Yang disebut gaira bāgin yaitu tidak mencari-cari alasan karena untuk memenuhi keinginannya (seleranya). Sedangkan yang dimaksud dengan walā‘ādin adalah tidak melewati batas ketentuan darurat, seperti yang terkandung dalam QS. al-Māidah [5]: 3 Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang  (QS. al-Māidah [5] : 3).













Soal Evaluasi
 Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang paling benar!
1. Makanan yang diharamkan oleh Allah menurut Q.S. al-Baqarah ayat 173 adalah ….
A. Bangkai ikan, darah dan daging babi
B. Bangkai, belalang dan ikan
C. Bangkai ikan dan bangkai belalang
D. Bangkai ikan, daging babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Allah E. Darah, daging babi, bangkai dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Allah
2. Arti kataلحم الخنزير   dalam surat al-Baqarah ayat 173 adalah.......
A. Daging kambing
B. Daging babi
C. Daging binatang ternak
D. Segumpal daging
E. Daging kurban
3. Arti kata اضطر dalam surat al-Baqarah adalah.....
A. Dalam keadaan terpaksa
B. Dalam keadaan mabuk
C. Dalam keadaan sakit
D. Dalam keadaan sehat
E. Dalam keadaan lapar
4. Menurut riwayat Nabi Daud ‘alahissalām bekerja dengan usahanya sendiri yaitu sebagai...
A. Pengembala kambing
B. Pedagang kambing
C. Tukang besi
D. Tukang kayu
E. Pedagang pakaian
5. Nabi Musa ‘alaihissalām dan Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam juga bekerja dengan usahanya sendiri yaitu sebagai...
A. Tukang besi   
B. Bertani
C. Tukang kayu
D. Pedagang pakaian
E. Pengembala kambing
6. Larangan memakan daging babi dalam al-Qur’an menggunakan kalimat wahai orang yang beriman. Hal ini berarti.....
A. Daging babi haram dimakan oleh semua pemeluk agama meski yang disebut hanya orang beriman
B. Pelarangan itu berlaku hanya bagi orang yang beriman
C. Orang yang tidak beriman juga dilarang makan babi
D. Kalimat itu digunakan karena ayat  ini turun di Madinah
E. Babi tidak menjadi haram jika disembelih menurut cara orang Islam 
7. Yang dimaksud dengan langkah setan adalah nażar dalam kemaksiatan adalah pendapat.....
A. Qatādah
B. As-Suddi
C. Ikrimah
D. Abū Majlas
E. Ibnu Abbas
8. Interprestasi ahli tafsir Qatādah dan as-Suddi tentang langkah-langkah setan adalah.....
A. Memakan makanan secara haram
B. Jalan yang biasa ditempuh oleh setan
C. Setiap perbuatan maksiat kepada Allah
D. Nażar dalam kemaksiatan
E. Bisikan-bisikan setan
9. Arti kata   خطوات adalah.....
A. adat istiadat       
B. godaan
C. langkah-langkah   
D. bujukan
E. kebiasaan-kebiasaan
10. Kata   السوء berarti...
A. Perbuatan jahat   
B. Sombong   
C. Perbuatan jahat
D. menipu
E. buruk sangka 








BETAPA BESAR SYUKURKU KEPADA-MU
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.5. Menghayati rasa syukur atas nikmat Allah Swt 1.5.1. Membiasakan diri menanamkan rasa syukur atas nikmat Allah Swt
2.5. Menunjukkan perilaku mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan seharai-hari sebagai implementasi dari pemahaman QS. al-Zukhruf [43]: 9-13, QS. al-’Ankabuut [29]:17, dan hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisydan H.R. Abu Dawud dari Abu Hurairah hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisy.
2.5.1.Mengimplementasikan perilaku mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan seharai-hari sebagai implementasi dari pemahaman QS. al-Zukhruf [43]: 9-13, QS. al-’Ankabuut [29]:17, dan hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisydan H.R. Abu Dawud dari Abu Hurairah hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisy.
3.5. Memahami konsep syukur nikmat Allah pada QS. al-Zukhruf [43]: 9-13, QS. al-’Ankabuut [29]:17, dan hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisydan H.R. Abu Dawud dari Abu Hurairah hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisy.
3.5.1. Menghafal ayat dan hadist tersebut
3.5.2.Menjelaskan konsep syukur nikmat Allah sebagaimana ayat dan hadist tersebut
4.5. Mengaplikasikan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis tentang syukur nikmat Allah berdasarkan pada QS. al-Zukhruf [43]: 9-13, QS. al-’Ankabuut [29]:17, dan hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisydan H.R. Abu Dawud dari Abu Hurairah hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab bin Qaisy.
4.5.1. Mempelajari ayat dan hadist tersebut
4.5.2. Mengemukakan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan mensyukuri nikmat Allah sebagaimana ayat dan hadist tersebut
4.5.3.Melaksanakan mensyukuri nikmat Allah  berdasarkan kandungan ayat dan hadist tersebut

1. QS. az-Zukhruf [43] ayat 9 – 13  Terjemah Ayat
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. az- Zukhruf [43]: 9). Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk (QS. az-Zukhruf [43]:10). Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur) (QS. az-Zukhruf [43]: 11). Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi (QS.az-Zukhruf [43]: 12). Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya” (QS. az- Zukhruf [43]: 13).
Penjelasan Ayat
Semua sumber daya alam yang ada merupakan rezeki dan nikmat dari Allah yang tak terhitung nilainya dan dikaruniakan Allah kepada manusia, oleh karena itu manusia seharusnya  pandai-pandai mensyukurinya dan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan beribadah kepada-Nya, memelihara Alam dan tidak merusaknya. Pada ayat  9 Allah menerangkan kepada nabi bahwa jika orang-orang musyrik ditanya, siapakah yang menjadikan langit dan bumi? Mereka pasti akan menjawab: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, mereka sebenarnya mengakui Allah, tetapi karena sombong, hasud dan dengki mereka tetap musyrik kepada Allah. Kalau ayat 9 Allah menyebut secara umum penciptaan-Nya yaitu langit dan bumi, pada ayat 10 Allah merinci sebagian dari kehebatan ciptaan-Nya itu sambil mengarahkan pembicaraan secara langsung kepada manusia, khususnya mereka yang mengingkari-Nya.
Firman Allah : Dia lah yang menciptakan bumi itu dan  menjadikan untuk kamu, bumi sebagai tempat yang mantap dan nyaman, tidak goyang atau oleng, agar kamu dapat tinggal menetap, dengan aneka kemudahan yang dapat mengantar kepada kenyamanan hidup kamu, dan  Dia menjadikan untuk kamu yakni membuat dan menganugerahkan kamu potensi untuk membuat jalan-jalan  di bumi ini supaya kamu mengetahui arah dan  mendapat petunjuk menuju arah yang kamu kehendaki, baik untuk kepentingan hidup, ekonomi, dan perdagangan.
Allah subḥānahū wa taʻālā  Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui itu yang menurunkan secara berangsur dan sedikit demi sedikit air hujan dari langit menurut kadar yang diperlukan untuk minuman kamu dan binatang serta pengairan tumbuh-tumbuhan, lalu Kami hidupkan dengannya yakni dengan air itu negeri (daerah) tandus yang mati yang sebelumnya tidak ditumbuhi pepohonan, seperti itulah Allah kuasa menghidupkan sesuatu yang mati dan mengeluarkan kamu dari dalam kubur dengan amat mudah. Air hujan terjadi karena tidak samanya tekanan udara di permukaan bumi akibat adanya gunung-gunung. Hal ini menyebabkan aliran udara berupa tiupan angin membawa kabut gas (awan) ke tempat-tempat yang tekanan udaranya lebih rendah. Kumpulan awan akan terus memadat dan suatu saat mengalami kondensasi (pengembunan) dan akhirnya jika mencapai titik jenuh maka menjadi apa yang disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke permukaan bumi berlangsung jutaan tahun dan terbentuklah sungai-sungai, danau-danau dan lautan yang merupakan reservoir air. Disamping unsur-unsur gas yang mencair menjadi air hujan, terkikis atau terlarut pula garam-garam dan mineral bersama air hujan, dan akhirnya terkumpul di lautan. Gas yang terlarut dalam air di laut antara lain CH4, NH3, CO2, dan HCN serta ditambah dengan garam-garam tanah dan mineral yang konsentrasinya makin meningkat dalam air laut. Air laut yang mengandung bahan-bahan kimia dalam konsentrasi tinggi itu terjadi reaksi-reaksi kimia membentuk berbagai senyawa antara lain, karbonat, asam amino, asam lemak, gliserin, basa nitrogen (purin dan pirimidin) adenosine posfat polisakaraida, lemak dan asam nukleat. Air yang mengandung senyawa tersebut ternyata dibutuhkan oleh tumbuhan. Pembentukan senyawa-senyawa tersebut berlangsung sesuai dengan hukum alam atau sunnatullah. Pada ayat 12  dan 13 masih merupakan lanjutan dari bukti-bukti kekuasaan Allah. Pada ayat tersebut diuraikan penciptaan segala macam pasangan. Ayat ini seolah-olah menyatakan: Allah juga yang menciptakan makhluk semuanya berpasangpasangan. Tidak ada ciptaan-Nya yang tidak berpasang-pasangan.
Itu karena semua terdapat kekurangan dan hanya dapat mencapai kesempurnaan jika menemukan pasangannya. Hanya Allah sang Pencipta itu Yang Maha Esa tanpa pasangan. Allah menundukkan untuk kamu semua kapal di lautan dan semua binatang ternak yang kamu kendarai dan nikmati di daratan. Itu dilakukan-Nya supaya kamu selalu dapat mengendarai dan duduk di atas punggung-punggungnya dengan tenang dan mantap, lalu kamu mengingat dengan pikiran sehat dan hati nurani kamu atas nikmat Tuhan, zat yang menundukan kendaraan itu dan Pemelihara kamu, apabila kamu telah mantap berada diatasnya; dan supaya kamu mengucapkan dengan lidah kamu – sehingga bergabung hati, pikiran dan lidah memuji  kepada-Nya, sebagai pengakuan atas kelemahan kamu mengendalikan dan menguasainya, dengan menyatakan: Maha Suci Tuhan Pemelihara kami yang telah menundukkan bagi kami semua ini, padahal kami sebelumnya yakni sebelum Allah menganugerahkan potensi kepada kami untuk menundukkannya bukanlah orang-orang mampu menguasaiNya, dan sesungguhnya kami kepada Tuhan kami Yang Maha Esa saja – tidak kepada selain-Nya – kami adalah orang-orang yang sudah pasti akan kembali kepada Allah sang Pencipta. Dan setelah  kematian kami semua akan dibangkitkan dan  mempertanggungjawabkan semua amal kami.
Yang dimaksud dengan “berpasangan” bukan saja jenis kelamin makhluk hidup, tetapi dapat mencakup benda-benda tak bernyawa. Dari segi bahasa kata ( ) أزواج “azwāj” adalah bentuk jamak dari kata (زوج) “zauj” yakni pasangan. Kata ini – menurut pakar bahasa al-Qur’an, ar-Rāgib al-Aṣfaḥānı̄–digunakan untuk masingmasing dari dua hal yang berdampingan atau bersamaan, baik jantan maupun betina, binatang (termasuk binatang berakal yakni manusia) dan juga digunakan menunjuk kedua yang berpasangan itu. Dia juga digunakan menunjuk hal yang sama bagi selain binatang seperti alas kaki. Selanjutnya ar-Rāgib al-Aṣfaḥānı̄ menegaskan bahwa keberpasangan tersebut bisa akibat kesamaan dan bisa juga karena bertolak belakang. Ayat-ayat al-Qur’an pun menggunakan kata tersebut dalam pengertian umum, bukan hanya untuk makhluk hidup. Allah berirman: (٤٩) َونُرَّكَذَ تْمُكَّلَعَ لِْ يَجْوَ ا ز َنْقَلَ خٍءْ َ ش ُِّ كْنِمَو “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (kebesaran Allah)” (QS. aż-Zāriyāt (51): 49). Dari sini terdapat malam dan siang, ada senang dan susah, ada atas dan bawah dan demikian seterusnya. Semua – selama dia makhluk – memiliki pasangan. Hanya sang Khālik, Allah subḥānahū wa taʻālā  yang tidak ada pasangan-Nya, tidak ada pula sama-Nya. Dari segi ilmiah terbukti bahwa listrik pun berpasangan, ada arus positif dan ada juga arus negatif. Demikian juga atom, yang tadinya diduga merupakan wujud yang terkecil dan tidak dapat terbagi, ternyata ia pun berpasangan, yakni terdiri dari elektron dan proton.
Yang dimaksud dengan menyebut-nyebut atau mengingat nikmat Tuhanmu apabila kamu yang menumpang telah meminta berada diatasnya, baik kapal atau binatang itu adalah nikmat-nikmat-Nya yang mengantar mereka melalui kendaraan itu mencapai arah yang dituju, atau mengangkut barang-barang mereka dan lain-lain. Penyebut nikmat-nikmat itu, mengundang ucapan al-Ḥamdulillāh dan penggunanya sesuai petunjuk Allah. Karena itu saat mengendarai, ayat tersebut mengajarkan ucapan penyucian Allah dari segala kekurangan yakni dengan bertasbih menyatakan: Demikian ayat di atas mengajarkan penggabungan antara tasbih dan tahmid. Kata ( ) سخر sakhkhara berarti menundukkan. Penundukkan binatang terlaksana dengan penciptaan Allah dalam kondisi yang menjadikannya dapat dijinakkan dan dilatih serta memahami maksud manusia ketika menggunakannya. Sedang penundukan laut, antara lain dengan menciptakan hukum-hukum alam yang berkaitan dengan laut, dan sungai, angin serta pengilhaman manusia untuk memilih bahanbahan dan cara-cara pembuatan kapal. Ucapan yang diajarkan ayat di atas merupakan salah satu bukti betapa Islam mengajarkan perlunya menyadari kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi. Seorang khalifah dituntut mengelola bumi dengan segala isinya dengan cara memperlakukannya sebagai “sahabat”, bukan penakluk. Manusia – seperti pengakuan yang diajarkan ayat di atas – pada hakikatnya tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan bumi dan segala isinya. Yang menundukkan adalah Allah subḥānahū wa taʻālā untuk kepentingan manusia.
Dari sini, manusia harus menyadari kelemahannya, dan menyadari pula bahwa kalau bukan karena penundukkan Allah yang maha perkasa itu, manusia tidak akan mampu mengendalikan binatang yang ditungganginya. Dengan demikian, ide penaklukan manusia terhadap alam tidak dikenal dengan ajaran Islam. Ia hanya dikenal oleh mitos Yunani kuno yang beranggapan bahwa alam merupakan dewa-dewa yang sering kali menghalangi manusia meraih manfaat, atau berusaha menimpakan bencana kepada mereka. Dan karena itu alam adalah musuh yang harus ditaklukkan. Pandangan tersebut secara sadar atau tidak, dianut oleh sementara pemikir di Barat, bahkan tersurat dalam Perjanjian Lama. Dengan ditunjukkannya ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, hendaknya manusia mensyukuri nikmat Allah yang tidak dapat dihitung banyaknya. Seandainya air laut dijadikan tinta untuk menulis nikmat Allah  sampai laut itu kering, nikmat Allah belum tertulis semuanya.
QS. al-‘Ankabūt  [29]: 17
Terjemah Ayat
“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan (QS. al-‘Ankabūt  [29]: 17).
Penjelasan Ayat
Allah telah menegaskan bahwa sesembahan selain Allah itu sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia itu sendiri, tetapi meraka berdusta dengan menganggapnya itulah tuhan yang sebenarnya. Lebih dari itu ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu menurut kepercayaan mereka sanggup memberi manfaat (keuntungan) kepada mereka. Kemudian Ibrahim ‘alaihissalam  mencela dan mengecam mereka bahwa patung-patung itu sedikitpun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Sebab rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah saja.
Karena itu dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan mata pencaharian  (penghasilan) itu hanya kepada Allah saja dan mensyukuri-nya jika yang diminta itu telah diperkenankan-Nya.  Allah sajalah yang mendatangkan rezeki bagi manusia serta memberi nikmat para hamba-Nya. Sesudah itu kepada-Nyalah manusia akan dikembalikan, dimana manusia dianjurkan untuk mencari keridoan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. Ayat ini ditutup dengan lafal ”Kepada-Nyalah kamu dikembalikan” artinya bersiap-siaplah kamu menemui Tuhan itu dengan beribadah dan bersyukur. Firman Allah QS. AnNaḥl ayat 114: َ ونُدُبْعَ تُاهَّيِ إْمُنتُ ن ك ِ إِ ّٰ ا َتَمْعِ وا ن ُرُكْاشَ ا و ًبِّيَ طًََ حُّٰ اُمُكَقَزَ ا ر َّمِ وا م ُُكَف Maka makanlah dari apa yang Allah telah berikan kepadamu makanan yang halal lagi baik, dan bersyukurlah kamu akan nikmat Allah, jika kamu benar-benar beribadah hanya kepada-Nya (QS. An-Naḥl [16]: 114). Berdasarkan ayat tersebut di atas bahwa bersyukur itu adalah dengan cara memakan makanan yang halal dan baik yang tidak berlebihan sesuai ketentuan yang ditentukan Allah subḥānahū wa taʻālā .
Dalam dalil tersebut kita juga dianjurkan bersikap qanā‘ah yaitu menerima apa adanya atas pemberian Allah atau merasa puas dan rela atas bagiannya setelah berusaha. Orang yang mempunyai sifat qanā‘ah tentunya tidak akan mempunyai sikap tamak terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain. Sifat qanā‘ah mengandung sifat positif di antaranya adalah menerima apa yang terjadi, realistik (nyata), dinamis atau bersemangat, tenang, stabil jiwanya, optimis, dermawan, tawakkal, dan selalu bersyukur atas nikmat Allah. Adapun sikap ambisius yang berlebihan akan menanamkan sifat-sifat negatif, antara lain selalu berangan-angan, tamak, pemburu duniawi semata tanpa perhitungan, pemborosan, dan ingkar atau kufur nikmat. Dalil di atas juga memberikan tuntunan kepada kita untuk mengambil langkah pencegahan yang disampaikan oleh Rasūlullāh  agar ummatnya tidak menjadi rakus, tamak, dan diperbudak duniawi sehingga jiwanya terbelenggu oleh duniawi, akibatnya tidak mau berbuat baik terhadap sesama serta lupa akan pemberian dari Allah subḥānahū wa taʻālā, padahal apapun yang telah diterima oleh manusia di dunia kelak akan dimintai pertanggunganjawab atas pemberian tersebut.
Dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata : Rasūlullāh bersabda kepada  Abū  Bakar dan ‘Umar : “Demi zat yang jiwaku ada di tangan (kekuasaan)-Nya niscaya akan ditanya tentang nikmat ini pada hari kiamat. Kamu dikeluarkan dari rumahrumahmu dalam keadaan lapar, kemudian kamu tidak akan kembali sehingga kamu mendapatkan kenikmatan ini” (HR. Muslim). Kemudian agar kita mampu menjadi orang yang pandai bersyukur dan kelak bisa mempertangungjawabkan pada hari kiamat terhadap apa yang telah diberikan kepada kita, Allah subḥānahū wa taʻālā memberikan tuntunan.









Soal Evaluasi
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang paling benar!
1. Sebelum Islam datang orang-orang Arab jahiliyah sebenarnya telah mengenal Tuhan dan mengimani sebagai tuhan pencipta langit dan bumi. Pengertian di atas dapat dipahami dari jawaban mereka ketika ditanya tentang siapa Tuhan mereka yang menciptakan langit dan bumi. Potongan ayat yang menjelaskan hal di atas adalah
A. ليقولن خلقهن العزيز العليم
B. من خلق السماوات ولارض
C. الذى جعل لكم الارض مهدا
D. وجعل لكم فيها سبلا
E.والذى نزل من السماء ماء بقدر
2. Jawaban mereka sangat pasti dan mantap terhadap pengakuannya tentang tuhan sebagai pencipta langit dan bumi. Hal tersebut dapat dipahami dari teks yang menambahkan dua adat ta’kīd pada kata يقول  sehingga menjadiليقولن  demikian fungsi adat  dengan ta’kīd  adalah ….
A. Untuk mengalahkan
B. Untuk meragukan
C. Untuk mengelabuhi
D. Untuk menguatkan
E. Untuk mengabaikan
3. Siapa yang dimaksud “ُ هم”  dalam QS. az-Zuhruf  ayat 9 di bawah ini ….
ولئن سألتهم من خلق السماوات والارض ليقلن خلقهن العزيز العليم
A. Kaum musyrikin Makkah
B. Kaum Muslimin Makkah
C. Kaum Mu’minin Makkah
D. Kaum Musyrikin Madinah
E. Kaum Musyrikin Tha’if
4. Apa arti “ُالعزيز”  dalam QS. az-Zuhruf  ayat 9 di bawah ini …
ولئن سألتهم من خلق السماوات والارض ليقلن خلقهن العزيز العليم

A. Maha Bijaksana
B. Maha Perkasa
C. Maha Mendengar
D. Maha Mengetahui
E. Maha Pemurah
5. Dalam QS. az-Zuhruf  ayat 13 terdapat do’a ketika kita hendak ….
A. berwudhu
B. bertamu
C. pergi ke masjid
D. mendapat rezeki
E. naik kendaraan
6. Allah menyediakan kendaraan bagi manusia yang disebut dalam al-Qur’an Surah azZukhruf ayat 12 berupa ….
A. kapal terbang
B. binatang ternak
C. binatang melata
D. burung
E. sepeda motor
7. Allah yang menurunkan hujan dari langit dengan kadar yang terukur. Hal ini sesuai dengan potongan ayat …
A. والذى نزل من الماء ماء
B. والذى خلق الازواج كلها
C. الذى جعل لكم من الارض مهدا
D. وجعل لكم فيها سبلا لعلكم تهتدون
E. ليقولن خلقهن العزيز العليم
8.     فانشرنا به بلده ميتا كذالك تخرجون  artinya..
A. lalu kami hidupkan
B. maka kami menurunkan hujan
C. maka kami ciptakan air hujan
D. kemudian kami memancarkannya
E. kemudian kami hidupkan dengan air hujan
9. Allah tidak ada tuhan selain dia. Hal ini sesuai dengan irman Allah, yaitu …

A. والذى من السماء ماء بقدر
B. خلق السماوات والارض
C. ولئن سألتهم من خلق السماوات
D. سبحان الذى سخر لنا
E. الله لااله الا هو
10. Orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling banyak...
A. bersedekah kepada sesama manusia
b. beribadah kepada Allah
c. menyantuni sesama manusia
d. menolong sesama manusia
e. berterimakasih kepada sesama manusia 

Halaman