MATERI QUR'AN HADIST KELAS XI SEMESTER GANJIL
BAB 1. PATUH DAN HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan
dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti
kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma
kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka
menaati perintah AllahTa‟ala dan Rasul Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari
sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki
nilai-nilai tambah yang semakin „melejitkan‟ makna kebaikan tersebut, sehingga
menjadi sebuah „bakti‟. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan
yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah
dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Orang tua kita
adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan „budi baik‟
seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang
orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk
“mengejawantahkan‟ perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal
2. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa definisi hormat dan patuh kepada
kedua orangtua dan guru
2.2 Apa saja dalil tentang hormat dan patuh kepada
kedua orangtua dan guru
2.3 Mengtahui kisah teladan tentang hormat dan
patuh kepada kedua orangtua dan guru
2.4 Hikmah tentang hormat dan patuh kepada kedua
orangtua dan guru
3. TUJUAN DAN FUNGSI
3.1 Pembaca dapat memahami tentang hormat dan
patuh kepada kedua orang tua
3.2 Pendorong timbulnya perbuatan baik kepada
kedua orang tua
3.3 Dapat mengambil hikmah dari kisah teladan
kepada kedua orang tua dan guru
BAB II
PEMBAHASAN
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup
kita. Bagaimana cara membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas
kebaikan orang tua yaitu bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang
tua, kita harus bersikap patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut
pengertian mengenai hormat dan patuh.
Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang
lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang
tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti
merupakan kewajiban anak kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan
salah satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat
dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang
artinya :
“Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling”.
2. CONTOH PERILAKU
HORMAT DAN PATUH
Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik
dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini
harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan
patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.
Hormat dan patuh kepada orang tua.
Kita hendaknya
patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk
maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat
atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan
apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
a. Senantiasa
berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata
terhadap kedua orang tua
b. Mengikuti keinginan dan
saran orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran
agama
c. Membantu kedua
orang tua sesuai kemampuan
d. Mendoakan orang tua
semoga diberi umur panjang oleh Allah SWT
e. Menjaga dan
merawat orang tua ketika orang tua sakit
f. Setelah orang tua
meninggal dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
g. Hormat dan patuh kepada
guru
Guru merupakan pengganti orang tua.
Guru juga
berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan ilmu
kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku
hormat dan patuh kepada orang tua:
a. Memuliakan dan
tidak menghina kepada guru
b. Mendatangi tempat
belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
c. Memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan pelajaran
d. Bertanya kepada guru
apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
e. Menggunakan cara
bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
f. Berpakaian rapi
dan sopan ketika belajar
Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
a. Menghormati dan
menghargai nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat
musyrik
b. Senantiasa berbuat baik
dan bersikap hormat terhadap anggota keluarga.
c. Mendoakan anggota
keluarga semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
d. Membantu anggota
keluarga yang kesulitan.
e. Memohonkan ampun
kepada Allah swt atas kesalahan anggota keluarga
f. Menghormati hak
dan kewajiban anggota keluarga yang lain.
3. DALIL
TENTANG HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru
sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang
menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua.
Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam
untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan
kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan
berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat
manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt.
tersebut antara lain pada Surah Al-Isra':
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
عَنْ اَ بْنِ
عُمَرَ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ نَّ ا لنَّبِيَّ صَلَى ا للهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ قَالَ اِ نَّ اَ بَرَّ ا لْبِرَّ اَ نْ يَصِلَ ا لرَّ جُلُ وُ دَّ
اَبِيْهِ
Artinya :
Bahwa
rasulullah bersabda: sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah
seseorang memelihara hubungan baik dengan orang tuanya. (HR Muslim)
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang
tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt.
disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan
lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan
sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling
penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak
pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan
apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada
waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang
tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan
Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua,
perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul
walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul
walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara
jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat
baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang
tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa
pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
4. KISAH TELADAN HORMAT
DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai
anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan
sembari berdo’ a,
“Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam
hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti
seakan- akan liar.
Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia
sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga
bagian:
1. Sepertiga
untuk sembahyang
2. Sepertiga
untuk tidur
3. Sepertiga
untuk menjaga ibunya
Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari
kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi
menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga
untuk sedekah
2. Sepertiga
untuk makan
3. Sepertiga
untuk ibunya
Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan
untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah
engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan
Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya
berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar
matahari”
Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu
seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail,
Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”
Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya.
Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu
itu berkata,
“Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas
punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia
berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il,
jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya
Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar
berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada
ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan.
Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika
malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”
Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan
harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih
dahulu sebelum bermusyawarah denganku”
Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu
dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus
seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian
datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda
tersebut dan bertanya kepadanya,
“Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat
tanpamemberitahu ibumu?”
Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini
uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada
ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar
ridhaku”
Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang
telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya
dengan harga enam dinar, dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar
duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan
akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang
Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya
‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”
Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang
sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat
tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan
dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli
lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu
ini.”
Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi
perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika
dicari lembu yang memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik
pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas
seberat badan lembu tersebut.
Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena
ketaatan dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.
Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan,
Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka
dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan
tetapi Imam Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan
heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru,
sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan
menjijikkan?”
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
5. HIKMAH PATUH DAN
HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada
orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua
dan guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti
kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila
kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat
menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul
dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua
akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat
memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1) Hormat berarti
menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama
anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan
dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada
orang tua
2) Perilaku hormat dan
patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena
itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut
adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota
keluarga
3) Taat dan berbakti
kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk
menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara
lain pada Surah Al-Isra':
2. SARAN
Sesuai dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami
menyarankan untuk dapat memahami konsep pemikiran atau mindset yang baik akan
sikap dan tindakan yang benar dalam Menghormati dan Mematuhi kedua Orangtua dan
Guru.
DAFAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar