
HIDUP
BERKAH DENGAN MENGHORMATI
DAN
MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU
SILABUS
|
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian
|
1,1. Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan
taat pada orang tua dan guru sebagaimana tuntunan AlQur’an dan hadis
|
1.1.1.Membiasakan
diri menanamkan nilai-nilai
yang terkait dengan taat pada orang tua dan guru sebagaimana tuntunan AlQur’an
dan hadis
|
2.1. Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru sebagai implementasi dari pemahaman Surah al-Isra’
(17): 23–24; Surah Lukman (31): 13–17;
hadis riwayat Muslim dari
Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Amru
|
2.1.1.Mengiplementasikan
perilaku hormat dan patuh kepada orang tua
dan guru
|
3.1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang
perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17) :23–24; Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Amru
|
3.1.1. Menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh
kepada orang tua dan guru pada Surah
al-Isra’ (17) :23–24; Surah
Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
3.1.2. Menjelaskan isi kandungan ayat-ayat dan hadist tersebut
3.1.3. Menafsirkan ayat-ayat dan hadist tersebut
|
4.1. Menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru pada Surah al-Isra’ (17): 23–24;
Surah Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari
Abu Hurairah, hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Amru
|
4.1.1. Melafalkan dengan fasih ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh
kepada orang tua dan guru pada Surah
al-Isra’ (17) :23–24; Surah
Lukman (31): 13–17; hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
4.1.2.Melafalkan denga lancar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut
4.1.3.Melafalkan
denga benar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut
|
![]() |
Orang tua
merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara membalas
kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu bersikap
patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh
kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai hormat dan
patuh.
Hormat berarti
menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama
anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan
dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada
orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh yang
mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat
Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang
artinya :
“Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling”.
![]() |
Perilaku
hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim.
Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa
saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru
dan anggota keluarga.
Hormat dan patuh kepada orang tua.
Kita hendaknya
patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk
maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat
atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan
apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
·
Senantiasa berbuat baik
dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata terhadap kedua
orang tua
·
Mengikuti keinginan dan saran
orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran agama
·
Membantu kedua orang tua
sesuai kemampuan
·
Mendoakan orang tua semoga
diberi umur panjang oleh Allah SWT
·
Menjaga dan merawat orang tua
ketika orang tua sakit
·
Setelah orang tua meninggal
dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
·
Hormat dan patuh kepada guru
Guru merupakan pengganti orang tua.
Guru juga
berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan ilmu
kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua:
·
Memuliakan dan tidak menghina
kepada guru
·
Mendatangi tempat belajar
dengan ikhlas dan penuh semangat
·
Memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan pelajaran
·
Bertanya kepada guru apabila
ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
·
Menggunakan cara bahasa yang
baik pada saat berbicara dengan guru
·
Berpakaian rapi dan sopan
ketika belajar
Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
·
Menghormati dan menghargai
nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat musyrik
·
Senantiasa berbuat baik dan
bersikap hormat terhadap anggota keluarga.
·
Mendoakan anggota keluarga
semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
·
Membantu anggota keluarga
yang kesulitan.
·
Memohonkan ampun kepada Allah
swt atas kesalahan anggota keluarga
·
Menghormati hak dan kewajiban
anggota keluarga yang lain.
Dalil Tentang Perilaku Hormat dan Patuh kepada
Orangtua dan Guru
A.
Qs. Al Isra’ : 23-24
1. Lafad ayat
وَقَضَي
رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْا اِلَّا اِيَّاهُ وَبِالْوَلِدَيْنِ اِحْسَنًا اِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ
وَلَا تَنْهَرْ هُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا (٢٣) وَاحْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ
صَغِيْرًا (٢٤)
2. Terjemahan Ayat
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik Aku waktu kecil. (QS Al isra’:23-24).
3. Penjelasan Ayat
Surat Al isra’ ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan
berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu
dengan yang lain atau dengan kata lain adalah kekuatan moral yang memiliki
sinonim berupa moral, budi pekerti, adab, sopan santun dan
akhlak. Maka sunnah. Sedangkan budi pekerti, moral dan sopan santun
sumbernya adalah filsafat. Dari surat Al isra’ 23 bahwa yang pertama Allah
memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada
sekutu bagiNya. Yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua.
Pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang
tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada orang tua yang dianjurkan adalah bagi
yang muslim, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Sedangkan bila
ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi
anak untuk mendoakannya.
Surat Al-Isra
ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari
karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan
kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral,
budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah
wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan
sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah
Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada
hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang
tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang
tuanya.
Ulama
menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang
muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau
ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk
mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta
moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh
akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh
dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala
sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter yang
baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara
yang harus dilakukan.
B.
Qs. Luqman : 13-17
1.
Lafal Ayat
وَاِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يبُيَّ لَاتُشْرِكْ بِاللهِ اِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (١٣)وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِولِدَيْهِ
حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنِ وَفِصَلُهُ فِى عَامَيْنِ اَنِ
اشْكُرْلِى وَلِولِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ (١٤) وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ
تُشْرِكَ بِى مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى
الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا وَتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَىَّ ثُمَ اِلَىَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُ نَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (١٥) يَابُنَيَّ
اِنَّهَا اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِى صَخْرَةٍ اَوْ
فِى السَّمَاوَتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَاْءتِ بِهَا اللهُ اِنَّ اللهَ لَطِيْفٌ
خَبِيْرٌ (١٦)يَابُنَيَّ
اَقِمِ الصَّلَوةَ وَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ
عَلَى مَآ اَصَابَكَ اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ (١٧)
{لقمان:١٣ - ١٧}
2. Terjemahan Ayat
13. Dan (ingatlah ) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu
ia memberi pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang
besar”.
14. Dan kami perintahkan kepada manusia(berbuat baik) kepada orang
tua ibu bapaknya; ibunya telah megandung dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah mengikuti
keduanya, dan pergauilah keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): “Hai anakku,Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan orang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. (surat Luqman 13-17)
3. Penjelasan Ayat
Pada ayat 13 di perintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada
Luqman itu dan serta mengingatkan kepada orang lain. Dari ayat ini pula dapat
dipahami bahwa antara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah memberi nasihat
dan didikan. Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Orang
tua tidak boleh memandang cukup apabila telah menyediakan segala kebutuhan
fisik, justru yang lebih penting adalah memperhatikan kebutuhan rohani berupa
pendidikan agama maupun pendidikan keilmuan lainnya.
Ayat 14 menyatakan : dan kami wasiatkan yakni berpesan dengan amat
kukuh kepada semua manusia menyangkut kepada orang tua, pesan kami
disebabkan karena ibunya telah mengandung dalam kadaan kelemahan diatas
kelemahan. Lalu beliau melahirkan dengan susah payah, kemudian merawat dan
menyusuinya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika saat manusia lain
tertidur nyenyak.
Ayat 15 menerangkan bahwa jika orang tua memaksa untuk
mempersekutukan Allah, maka janganlah memtuhinya. Setiap perbuatan maksiat maka
tidk boleh ditaati. Namun demikian, jangan memutuskan hubungan silaturahmi
dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang tua.
Wasiat Luqman pada ayat 16 adalah berkaitan dengan masalh akhirat,
dimana didalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas
amal perbuatan manusia yang digabarkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata indah
dan menyentuh, yang membangkitkan semangat, suatau gambaran yang menunjukkan
atas ilmu Allah yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari
pengetahuanNya, walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, didalam batu
keras. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan bumi.
Nasihat Luqman pada ayat 17 menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan
yang tercermin dalam amar makruf nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang
membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh
mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah
wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Luqman tidak memerintahkan
anaknya melaksanakan yang makruf dan menjahui yang mungkar, tetapi
memerintahkan menyuruh dan mencegah. Disisi lain membiasakan anak-anak
melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta
kepedulian sosial.
C.
Hadist Riwayat Bukhari Muslim
1.
Lafal Hadis
سَمِعْتُ
عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ اِلَى
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَا سْتَأْ ذَ نَهُ فِى الجِهَا دِ فَقَالَ اَحَىٌّ
وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ (رواه البخا رى ومسلم)
2.
Terjemah Hadis
Saya mendengar Abdullah bin Amru ra “ada seorang laki-laki telah
datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk minta ijin berhijad, maka Nabi Muhammad
SAW berkata kepada seorang laki-laki tersebut, apakah kedua orang tuamu masih
hidup? Maka seorang laki-laki tersebut menjawab, ya. Nabi Muhammad SAW berkata
“berjihadlah” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
3.
Penjelasan Hadis
Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam islam. Hadits diatas
menyatakan bahwa seseorang harus berbuat baik dan menghormati orang tua, karen
amerupakan perbuatan yang terpuji. Pentingnya seseorang minta ijin dari kedua
orang tuanya yang masih hidup pada setiap keinginan dan kegiatannya seperti
melakukan jihad, sebab ridha terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah
terletak pada kemurkaan orang tua.
Hormat dan patuh kepada orang tua harus kita laksanakan baik selama
beliau masih hidup maupun setelah meninggal. Adapun adab kepada kedua orang tua
yang masih hidup antara lain:
Ø Berperilaku hormat
Ø Bersikap kasih sayang
Ø Bersikap dan berbicara dengan sopan santun
Ø Mentaati setiap perintah kedua orang tua kita, selama
tidakbertentangan dengan ajaran islam.
Ø Membantu meringankan pekerjaan mereka
Ø Mendoakan kebaikan bagi kedua orang tua setiap selesai shalat
fardlu
Ø Gembirakan mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Selanjutnya, walaupun orang tua kita sudah meninggal dunia maka
kita juga masih harus tetap hormat kepada beliau. Adapun adab terhadap orang
tua yang sudah meninggal, diantaranya:
Ø Merawat jenazah (memandikan, mengkafani, menshalati, dan
menguburkannya)
Ø Selalu mendoakannya
Ø Tidak memutuskan talu silaturahim dengan keluarga, kerabat dan
sahabat-sahabar mereka
Ø Pergi berziaroh kekuburnya
Ø Meneladani sikap-sikap yang baik dari keduanya
Ø Melanjutkan cita-cita atau perjuangan yang pernah dilakukan sewaktu
hidup
![]() |
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan dan al-walidain artinya kedua
orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidainadalah
berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
Birrul Walidain mempunyai
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat
besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus
Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun
tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing,
melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan
sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar
dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang
tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di
antaranya:
- Taat dan patuh terhadap perintah kedua
orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama
tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya
berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
- Senantiasa berbuat baik terhadap kedua
orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun
bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
- Mengikuti keinginan dan saran orang tua
dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh,
maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan
ajaran Islam.
- Membantu Ibu Bapak secara fisik dan
materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak
membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
- Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh
Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
- Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
- Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua
dan pikun.
- Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul
Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
Ø Mengurus
jenazahnya dengan sebaik-baiknya
Ø Melunasi semua
hutang-hutangnya
Ø Melaksanakan
wasiatnya
Ø Meneruskan
sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
Ø Memuliakan
sahabat-sahabatnya
Ø Mendoakannya.
Akhlak Kepada Guru
- Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang
yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang
diridhoi Alloh ‘azza wa jalla.
Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula
mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan
syari’at agama.
- Di antara akhlaq kepada guru adalah
memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda
Rosululloh saw :
- لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ
يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk
golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda.” ( HR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
- Di antara akhlaq kepada guru adalah
mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana
sabda Rosululloh saw :
- مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah )
- Di antara akhlaq kepada guru adalah datang
ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda
Rosululloh saw :
- إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ
الْجَمَالَ
“Sesungguhnya
Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
- Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam
memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id
Al-Khudri ra :
- وَ سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ
عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang
pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
- Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : “Bila kamu melihat ada anak
muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka
berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”( AR.
Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
- Di antara akhlaq kepada guru adalah
bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara
baik. Alloh berfirman :
- فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ
إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah
kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya’ : 7 )
- Rosululloh saw bersabda :
- أَلاَ سَأَلُوْا إِذْ لَمْ
يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa mereka
tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )
- Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang
tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh
niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
- يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab
niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )
- Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
- إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْنَ
جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ
مَسْأَلَتِهِ
“Sesungguhnya
orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang
sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya
itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
- Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan
cara dan bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan
yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi
dalam Al-Jami’ )
- Di antara akhlaq kepada guru adalah
menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat,
sebagaimana sabda Rosululloh :
- الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ ,
قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ وَ
لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ
“Agama adalah
nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk
menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para
pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi dll ).
KISAH TELADAN
HORMAT DAN PATUH KEPADA
KEDUA ORANG
TUA DAN GURU
Dahulu dimasa
Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet ( anak
lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
“Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam
hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti
seakan- akan liar.
Singkat
cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada
ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga
untuk sembahyang
2. Sepertiga
untuk tidur
3. Sepertiga
untuk menjaga ibunya
Dan apabila
pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar
untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga
untuk sedekah
2. Sepertiga
untuk makan
3. Sepertiga
untuk ibunya
Pada suatu
hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang
dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah
pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya
kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan
emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”
Kemudian
pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan
ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil
engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang
kemari.”
Maka larilah
lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk
dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,
“Wahai pemuda
yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab pemuda,
“Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang lehermu
dan menuntunmu pulang”
Lembu itu
kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat
mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada
bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu
karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
Setelah sampai
di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata,
“Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat
bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih
baik kamu jual saja lembu ini”
Ia kemudian
bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”,
jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah
denganku”
Pada masa itu
harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan
tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji
ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang
menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya
kepadanya,
“Dengan harga
berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar
dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana
jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpamemberitahu ibumu?”
Jawab pemuda,
“Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak
akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia
pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini
engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka
kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi
manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar,
dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab
Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat
tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali
lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya
berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu.
Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh
dijual atau tidak?’”
Kemudian ia
kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan
ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda
dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa
bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual
kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”
Maka
ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah
kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang
memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu.
Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan
lembu tersebut.
Ini sebagai
karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu
terhadap ibunya.
Kisah Imam
Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan, Imam Syafi’i yang
sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan
kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam
Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat
perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya
erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
HIKMAH PATUH
DAN HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah
membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang
bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti
berikut.
ü Berbakti
kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
ü Apabila kedua
orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
ü Berbakti
kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
ü Berbakti
kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
ü Berbakti
kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
Soal Evaluasi
Berilah tanda
silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!
1. Arti kata وَقَضَى dalam QS. al-Isrā’ ayat 23 adalah ….
A.
melaksanakan D. memerintahkan
B.
membayar E. mencegah
C. melarang
2. Lanjutan ayat berikut
adalah ...وَلاَ تَنهَر هُممَا وَقُل لَهُما قَولاً
A. كَرِيمًا D. سَلِيماً
B. سَدِيدًا C. مَعرُوفاً
E. عَزِيزًا.
3. Orang yang menyembah
selain Allah disebut ….
A. mu’min D
. munāik
B. muslim E.
kāir
C. musyrik
4. Birrul-wālidain dalam
Islam hukumnya ….
A. sunnah D
. haram
B. wājib E.
jāiz
C. farḍu
kifāyah
5. Berikut ini merupakan
cerminan sikap seorang murid kepada
guru, kecuali ….
A. selalu taat
kepada perintahnya
B. selalu
menghormatinya
C. selalu
mendoakannnya
D.
menaatinyasepanjang tidak maksiat
E.
memperhatikannya ketika mengaja
6. Kata رَغِمَ أَنفُ terjemahannya adalah ….
A. dia
beruntung D . dia celaka
B. kamu
celaka E. dia
sengsara
C. dia bahagia
7. Ani selalu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan.
Hal ini mencerminkan sikap ….
A. berbakti
kepada orang tua D. durhaka kepada orang tua
B. menghormati
orang tua E. mencintai guru
C. menghormati
guru
8. Berbakti kepada kedua orang tua sama nilainya dengan ….
A. jihad D.
beribadah haji
B. berbakti
kepada guru E. durhaka kepada guru
C. salat lima
waktu
9. Implementasi hormat dan taat kepada orang tua ketika mereka
sudah meninggal dapat dilakukan dengan ….
A. mengunjungi
makamnya D. membangun makamnya
B.
menangisinya E. mendoakannya
C. meratapi
kepergiannya
10. Hadis yang diriwayatkan
oleh al-Bukhārı̄ dan Muslim menurut jumhūr memiliki kualitas ….
A. mutawatir D. shahih
B. hasan E. ahad
C. dhaif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar